Setelah ribuan tahun menjadi pengamat langit malam, Akasha memiliki mata jernih yang melihat menembus awan-awan angkasa. Bintang-bintang terang yang telah memenuhi takdirnya memberikan kabar kehidupan. Gambarlah. Maka Akasha menggambarkan aliran bintang-bintang dalam saluran raksasa yang melampaui kecepatan cahaya. Namun, ke manakah ujung takdir yang dituju saluran bintang-bintang semesta?
.
Seluruh dunia bergerak menuju takdirnya yang tak terhindarkan. Bahkan eksistensi sepele seperti batu yang mengambang pun akan menemui penghujung takdirnya. Akasha tak pernah lupa memberikan penghormatan terakhirnya kepada bebatuan sepele itu; kepada Pegasids, kepada Perseids, kepada Piscids yang terbakar tak bersisa oleh atmosfer yang melapisi dunia. Mereka tak bisa mengiringi mataharinya mengalir dalam saluran Laniakea.
.
Namun, dengan penglihatannya yang jauh pun, Akasha masih tak mengetahui akhir yang dituju oleh Laniakea. Apakah penarik agung akan menjadi akhir dari bintang-bintang Laniakea? Atau mungkin, aliran menuju tepian semesta akan mengalahkan penarik agung? Yang mana pun itu, akhir yang dituju oleh semesta adalah kebinasaan yang dingin. Akasha telah belajar dari akhir riwayat manusia hangat yang menjadi dingin dan kaku, dari bintang-bintang gagal yang menjadi katai coklat, dan dari bintang-bintang bersinar yang berakhir menjadi lubang gelap bersuhu nol.
.