Mohon tunggu...
Arsyad Fadhilah
Arsyad Fadhilah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kopi sebagai Tinta

Setiap orang punya wadah untuk menuangkan ekspresinya entah sedih, marah, bahkan kegembiraan melalui beragam rupa media, telinga, kertas, kanvas, keyboard, bahkan tembok.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Kau Hanya Diam dan Aku Tak Punya Indra ke-Enam

20 Juli 2019   08:31 Diperbarui: 20 Juli 2019   08:34 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Raut wajahmu sore itu ya Dewi, buat ku tenggelam dalam rupamu menuju palung senja yang tak berarah. 

Sebenarnya aku yang "kenapa" apa engkau yang "mengapa" ?. 

Kita berdua seakan ada dalam kebisuan yang saling terhubung dan tak satupun Dewa, hewan, tumbuhan, bahkan jin dan siluman tahu bahwa kita sedang saling merindu, kita saling bercumbu, saling mencandu dan merintih dengan waktu. 

Tapi aku tak tahu kenapa engkau hanya terdiam, dan aku tak punya indra ke enam tak dapat mengerti apa mau mu.

Aksara-aksara yang kau ciptakan tak terbentuk dalam tingkahmu, aku pun juga begitu, semua puisi dan syair yang ku tulis rimanya tak tersusun dalam sikapku. 

Mohon ampun ya Dewi, bukan maksudku mengombang-ambingkan jiwa mu, aku hanya tak mampu membaca Bahasa cintamu, keraguan masih terus mendatangiku saat kita ingin mencoba berpadu. 

Tapi akan selalu ku coba untuk membiasakan semuanya agar tak lagi ada sang senyap yang terus datang menghatui programa kita, agar tak ada lagi beku yang muncul saat empat bola mata saling bertemu.

Untuk apa kita saling berbalaskan kata lewat para burung hantu yang terbang membawa surat antar khayangan dan bumi tempatku berpijak, jika ternyata kita hanya selalu diam dan canggung saat bertemu.

Aku ragu sang burung salah memberiku surat yang katanya dari mu, ya aku ragu karna isi dari surat itu tak sedikitpun terlihat dalam sikap mu.

Apakah ini memang permainan mu duhai sang Dewi ? atau hanya kira ku saja engkau sedang menggandrungiku ? mungkin memang hanya firasatku, mungkin memang bukan aku lah orangnya yang ada dalam simbol mu.

Sudah hampir satu purnama kita tenggelam dalam bisu, tapi Dewi jika memang benar burung hantumu itu yang datang padaku dan tidak salah membawa surat yang kau buat, kau tunjukkan lah wujud aslimu di hadapan ku, nampakkan lah sosok dirimu yang sebenarnya, agar jiwa ku tak larut dalam buaian kilau cahaya mu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun