Mohon tunggu...
Abahna Gibran
Abahna Gibran Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Pembaca

Ingin terus menulis sampai tak mampu lagi menulis (Mahbub Djunaedi Quotes)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Antara Anak Didik, Pendidik, dan Sistem Pendidikan

25 November 2019   19:46 Diperbarui: 25 November 2019   20:01 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Halaman rumah ketua RT di lingkungan kami lumayan luas dibanding dengan halaman rumah warga di sekitarnya. Luasnya sekitar ukuran lapangan bulu tangkis. Sehingga tak pelak lagi kalau sore hari selalu digunakan anak-anak usia SD (sekolah dasar) untuk bermain bola.

Hanya saja setelah musim hujan tiba, maka ada di antara anak-anak itu yang menghentikan permainannya. Alasan mereka takut dimarahi orang tuanya jika hujan-hujanan. Anak-anak itu memilih ikut kongkow-kongkow dengan orang tua di teras rumah. Sembari menyaksikan teman-temannya yang masih asyik dengan permainannya.

Kebetulan sore itu saya pun ada di sana. Karena kebetulan diundang untuk persiapan rapat tahunan tingkat RT di lingkungan kami. Meskipun pembicaraan kami sudah tuntas, tapi berhubung hujan turun dengan lumayan derasnya, maka sambil ngobrol ngalor-ngidul saya pun menyaksikan keceriaan anak-anak yang mengingatkan kami, para orang tua saat seusia mereka.

Tanpa sengaja, di antara anak-anak yang ikut berlindung di teras, saya mendengar dua anak sedang meledek salah seorang temannya. Dua temannya itu menyuruh yang bersangkutan untuk membaca stiker yang menempel di kaca jendela. Hanya saja anak itu menolak suruhan teman-temannya,.

"Hayo, sudah kelas empat belum bisa baca!" ledek salah seorang anak itu.

Sekilas saya perhatikan ketiga anak tersebut. Karena merasa kaget mendengarnya. Masa sudah kelas 4 sekolah dasar belum bisa membaca. Lalu saya tanya anak itu.

"Apa iya kamu sudah kelas empat?" Si anak tersebut mengangguk.

Kebetulan di atas meja ada selembar koran. Saya perlihatkan koran itu kepadanya.\

"Coba baca ini," kata saya sambil menunjuk pada nama koran yang tulisannya cukup besar.

Sesaat mata anak tersebut memperhatikannya. Akan tetapi kemudian menoleh kepada dua temannya tadi. Dan kedua temannya itu malah cekikikan tertawa.

"Mana bisa dia membacanya, Pak. Di sekolah saja dia masih belum bisa membaca," tukas salah seorang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun