Mohon tunggu...
Abahna Gibran
Abahna Gibran Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Pembaca

Ingin terus menulis sampai tak mampu lagi menulis (Mahbub Djunaedi Quotes)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mantan Narapidana yang Satu Ini Malah Jadi Pilihan Warga

13 September 2018   21:30 Diperbarui: 13 September 2018   22:12 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: pikiran-rakyat.com)

Seluruh warga di kampung itu tahu jika Mang Jaka beberapa kali keluar-masuk penjara. Kasus pertama yang menyeretnya tidak tanggung-tanggung, yaitu membuat dan mengedarkan uang palsu. Kemudian penganiayaan terhadap teman bermain judinya hingga hampir sekarat. Maka keluarga korban pun melaporkannya kepada aparat. Mang Jaka pun diciduk, dan diproses secara hukum. Sementara yang terahir adalah kasus pencurian anjing. Seorang warga yang memiliki anjing ras pitbull suatu hari kehilangan piaraannya. Setelah dicari ke sana-sini, ahirnya ditemukan di rumah Mang Jaka. Karena sang empunya anjing tak punya nyali untuk mengambil langsung pada orang yang telah mencuri, maka iapun melaporkannya kepada polisi.

Setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan, Mang Jaka saat itu tidak pernah lagi berurusan dengan aparat penegak hukum. Hanya saja bukan artinya dia bertobat dari berbuat maksiat. Untuk menyambung hidupnya Mang Jaka jadi pengepul anjing untuk dijual ke kota. Katanya selain untuk dikirim ke lapo tuak, juga untuk di kirim ke Sumatera. Tepatnya ke daerah Bengkulu dan Sumatera Barat. Di sana anjing-anjing itu akan dijadikan sebagai anjing pemburu babi liar yang selalu merusak tanaman para petani.

Adapun anjing-anjing yang dikumpulkan Mang Jaka, didapat dari anak-anak muda pengangguran untuk memenuhi kebutuhannya. Apalagi jika bukan untuk bermain perempuan dan membeli miras oplosan. Sementara anjing-anjing itu adalah milik para petani dan pemburu babi di wilayah sekitar. Anjing-anjing itu mereka jerat diam-diam dengan tali dari kawat baja bekas rem sepeda motor. Tanpa sepengetahuan pemiliknya, alias dengan dicuri tentunya. Biasanya kalau anjing-anjing itu belum cukup banyak untuk dikirimkan (biasanya sekali kirim sampai satu truk fuso banyaknya), terlebih dahulu dikarantina di suatu tempat yang tak seorang pun bisa melacaknya.

Begitulah sekilas tentang kehidupan Mang Jaka yang dikenal warga. Sehingga tak heran karena di kampung itu ada tiga orang yang bernama Jaka, maka untuk Mang Jaka yang satu ini orang-orang pun selalu menyebutnya dengan tambahan Jaka anjing. Maksud warga mungkin untuk membedakan antara Jaka yang satu dengan yang lainnya. Sebab Jaka yang kedua saja selalu diembel-embeli dengan pengkor di belakangnya. Pasalnya kaki Jaka yang satu ini tidak normal. Selain salah satu kakinya kecil, juga tidak bisa diluruskan. Sejak lahir keadaannya sudah seperti itu. Sehingga kalau berjalan selalu berjinjit, karena hanya menggunakan sebelah kali saja. Sedangkan yang terahir orang-orang menambahinya dengan gergaji. Berhubung Jaka tersebut berprofesi sebagai tukang menggergaji kayu.

Tiga tahun lalu, di saat kampung itu tidak mempunyai kepala kampung, yang biasa disebut sebagai Kadus (akronim dari Kepala dusun), karena Kadus definitif sudah habis masa jabatannya, maka oleh kepala desa dibentuklah panitia pemilihan Kadus di kampung itu. Warga dengan mudah menyingkatnya menjadi Pilkadus.

Setelah panitia pilkadus terbentuk, dan segala persyaratan sudah ditentukan, dengan mengacu pada Peraturan Daerah tentu saja, para panitia pun mulai kasak-kusuk. Mencari bakal calon Kepala Dusun yang akan dipilih warga pada hari-H sebagaimana yang telah ditetapkan. Selain menyebar selebaran penjaringan bakal calon yang ditempel di tempat-tempat strategis agar mudah dibaca oleh warga, seperti di setiap pos kamling, dan di warung-warung, juga para panitia yang dianggap bisa dan sudah terbiasa bebicara di depan massa, selalu meminta waktu di saat diselenggarakannya pengajian-pengajian rutin mingguan. Baik di majelis taklim maupun di masjid dan mushola.

Entah bagaimana mulanya jika banyak warga yang meminta Mang Jaka anjing untuk maju mencalonkan diri sebagai peserta pilkadus. Hanya saja sekilas yang dapat diendus, salah seorang yang dekat dengan Mang Jaka mengatakan, Mang Jaka sudah ingin bertobat dari berbuat maksiat, dan dirinya ingin beribadat dengan cara mengabdi kepada masyarakat. Sehingga ketika orang dekatnya itu mewacanakan Mang Jaka untuk menjadi alternatif, banyak warga yang ikut-ikutan mendukungnya. Alasan yang mengemuka karena selama ini mereka merasa selalu saja dipimpin oleh Kadus munafik. Sebelum terpilih mereka begitu rajin shalat berjamaah di masjid, dan tak pernah absen menghadiri pengajian di setiap majelis taklim. Tetapi setelah terpilih, selalu saja menyelewengkan hak warga untuk keperluan dirinya sendiri. Alias berbuat korupsi.

Oleh karena itu maka mereka pun mencoba merubah paradigma yang selama ini berlaku menjadi kebalikannya. Dari asalnya sudah terbiasa memilih orang baik-baik untuk menjadi pemimpinnya, tapi setelah terpilih malah berubah menjadi buah-bibir karena jadi buruk kelakuannya. maka ke depannya bagaimana kalau memilih mantan narapidana saja? Karena siapa tahu Mang Jaka ahirnya benar-benar bertobat. Menjadi seorang yang khusnul khotimah, berubah baik di ahir hidupnya.

Atas permintaan warga yang datang ke rumahnya, Mang Jaka pun ahirnya mendaftarkan diri untuk menjadi kandidat peserta pilkadus. Hanya saja ternyata tak seorang pun yang tampil untuk ikut mendaftarkan diri, alias mau menjadi pesaing Mang Jaka. Entah bagaimana.

Tentu saja hal itu membuat repot panitia. Beberapa kali waktu hari-H diundur, tetap saja tak ada lagi kandidat lain yang mendaftar. Sehingga setelah melalui musyawarah bersama warga, oleh Kepala Desa diputuskan untuk memilih Mang Jaka dengan melawan kotak kosong saja.

Ketika tiba waktu hari-H pilkadus diselenggarakan, dan seluruh hak pilih warga dikampung itu menunaikan hak pilihnya, ternyata pada ahirnya memang Mang Jaka mendapat dukungan seluruh warga. Kotak kosong hingga dibuka panitia di saat penghitungan suara, sama sekali tak terisi selembarpun surat suara.

Setelah terpilih, dan kemudian dilantik sebagai kepala dusun definitif oleh Kepala Desa, Mang Jaka memang benar-benar berubah seketika. Setiap tiba waktu shalat dia selalu berjamaah di masjid. Demikian juga saat pengajian mingguan di setiap majelis taklim Maqng Jaka pun selalu hadir. Bisnis anjingnya pun tak pernah terdengar lagi. Sekarang dia menekuni pekerjaan lain, selain sebagai pelayan warga, dia pun menggarap tanahnya menjadi seorang petani.

Sudah tiga tahun ini Mang Jaka menjadi Kepala Dusun, tak pernah terdengar dia menyelewengkan hak warga satu kali pun. Bisa jadi lain halnya dengan mantan terpidana koruptor yang menjadi bacaleg, dan ramai diperbincangkan sekarang ini. Warga pun jelas akan menolaknya dengan harga mati.***

***

Catatan: Maaf, untuk menjaga privasi ybs. namanya disamarkan, dan alamat tidak disebutkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun