Mohon tunggu...
Abahna Gibran
Abahna Gibran Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Pembaca

Ingin terus menulis sampai tak mampu lagi menulis (Mahbub Djunaedi Quotes)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Salahkah Bila Aku Jadi Pelakor?

27 November 2017   22:15 Diperbarui: 28 November 2017   09:21 2509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iluatrasi (Sumber: TribunWow.com-Tribunnews.com)

Tapi keingintahuan saya begitu sulit untuk diajak kompromi. Setelah jeda beberapa saat, dan suasana semakin akrab, kembali saya melempar tanya.

"Andaikan saja suatu saat keluarga, baik istri maupun anak-anaknya orang kamu cintai itu mengetahui hubungan kalian berdua, sudahkah kamu bisa membayangkan yang bakal terjadi selanjutnya?"

Perempuan itu menatap tajam ke arah mata saya. Tapi sejurus kemudian, dari kedua sudut matanya muncul butiran air yang bening. Rona wajahnya tampak begitu sendu. Rokok yang sedang dijepit dua jari tangan kirinya dilumat di dalam asbak. Tiba-tiba sambil terisak perempuan itu menangkupkan dua telapak tangannya pada wajahnya.

Beberapa saat berselang, dengan masih dibarengi sedu-sedan perempuan itu menjawab pertanyaan saya tadi. Bahwa dirinya sudah tahu betul dengan yang bakal terjadi jika suatu ketika perselingkuhannya dipergoki oleh istri, atau anak pria yang dicintainya. Karena di saat dirinya masih bocah, perempuan itu, akunya, pernah menyaksikan dengan mata kepalanya  di saat ayah kandungnya sendiri berselingkuh dengan perempuan lain. 

Setelah itu dirinya menyaksikan pertengkaran demi pertengkaran antara ibu dengan ayahnya  yang terjadi hampir saban hari. Ketika itu dirinya merasa suasana di dalam rumah orang tuanya ibarat berada dalam neraka laiknya. Tak ada lagi kedamaian. Bahkan tak lama kemudian, dirinya merasakan kehampaan dalam hidupnya manakala ayahnya suatu ketika pergi meninggalkan rumah, dan sampai saat ini tak kembali lagi.

Begitu dirinya menginjak usia remaja, dirinya merasa marah dan benci terhadap perempuan yang telah merebut ayahnya. Terlebih lagi bila menyaksikan suasana kehidupan yang penuh keharmonisan teman-temannya yang masih lengkap memiliki ayah dan ibu. Lalu iapun mengaku, tiba-tiba saja muncul di ruang bathinnya untuk mencari kasih sayang yang hilang dari pria separuh baya, dan tak perduli masih lajang atau pun sudah berkeluarga. seperti yang sekarang ini sedang dilakoninya dengan teman saya itu. 

"Orang bilang saya ini seorang pelakor," cetusnya sambil tersenyum kecut.

 "Perebut lelaki orang," tegasnya.***

* Sebuah pengakuan dari seorang perempuan muda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun