Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Saidah Namanya

19 Juni 2012   15:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:46 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

TAK ubahnya seekor anjing jantan yang sedang mencari pasangan. Terkaing-kaing, dan melolong sepanjang malam. Terkadang  duduk termenung, bagaikan pangkal pohon yang baru saja ditebang. Diam dalam kesendirian. Demikianlah kelakuan Kang Imin belakangan ini memang.  Sejak hatinya terpaut pada Ibu Saidah, seorang nenek dari tiga orang cucu yang nakal-nakal dan lucu-lucu. Dan istri seorang pensiunan pejabat di sebuah kantor dinas instansi.

Aneh memang. Kang Imin begitu tergila-gilanya pada Ibu Saidah. Satu hari saja tidak melihat Ibu Saidah, Kang Imin sering tampak bertingkah aneh. Tidak seperti biasanya. Kang Imin yang dikenal pemalu dan lugu, suka berubah menjadi seorang yang sepertinya tak mampu lagi mengendalikan emosi. Bahkan kadang-kadang dia suka histeris. hanya untungnya saja hal itu terjadi di saat dia sedang duduk termenung sendirian. Bisa jadi ketika itu pikiran Kang Imin sedang terfokus kepada Ibu Saidah. Sebab dari mulutnya selalu saja muncul nama Saidah! Saidah! Saidah!

Ibu Saidah di mata Kang Imin bagaikan magnet yang menyedot rasa cinta dalam hatinya. Cinta yang seakan tak ada bandingnya. Jauh dari rasa cintanya Romeo pada Juliet. Atawa cintanya  seorang Rama pada Dewi Sinta sekalipun. Tapi terkait hal ini, Kang imin sendiri suka membayangkan menjadi seorang Ken Arok yang tergila-gila kepada Ken Dedes. Istrinya Prabu Tunggul Ametung. Malahan pernah tersirat di hatinya untuk berbuat hal yang sama seperti Ken Arok, membunuh Tunggul Ametung agar Ken Dedes dapat dimilikinya.

Hanya saja sampai detik ini tampaknya Kang Imin tidak seperti Ken Arok. Kang imin sama sekali tak punya nyali untuk melakukan sebagaimana yang telah dilakukan Ken Arok. Kang imin yang pemalu dan lugu itu hanya mampu berbuat sebatas  melamun saja.

Apalagi dalam sadarnya Kang Imin tahu siapa Ibu Saidah. Tapi sama sekali tidak tahu isi hati Ibu Saidah yang sesungguhnya.  Hanya yang ia rasakan, selama bergaul dengan Ibu Saidah hatinya tak bisa didustai lagi. Kang Imin sungguh-sungguh mencintai Ibu Saidah yang supel dalam pergaulan, dan terkadang suka bercanda secara kelewatan. Ditambah lagi Ibu Saidah ini walau usianya sudah kepala lima plus tiga, tapi tampaknya  gurat-gurat kecantikan di wajahnya masih jelas terlihat. Kerling matanya begitu menantang, dan senyumnya seolah tampak mengundang. Dan hal itu juga yang membuat hati Kang Imin sulit melupakan Ibu Saidah.

Tak ubahnya seekor anjing jantan yang sedang kasmaran, Kang Imin terkaing-kaing dan melolong sepanjang malam.  Dan saat tengadah ke langit, Ibu Saidah sedang duduk di atas awan. Tangannya melambai kepada Kang imin yang sedang duduk bersandar pada pangkal pohon yang baru saja ditebang. Senyum mengembang dari bibir Ibu Saidah yang bergincu merah, seakan mengundang  Kang Imin untuk segera datang.

Sayangnya Kang Imin bukan Gatotkaca, atawa Superman memang. Kang Imin tidak memiliki sayap untuk terbang menghampiri Ibu Saidah yang sedang duduk di atas awan. Kang Imin pun melolong…

“Saidah! Saidah! Saidah!” teriaknya.

Tapi hanya di dalam hatinya Kang imin menyebut nama itu…***

Cigupit, 2012/06/19

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun