Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perempuan-Perempuan Di Pemandian

18 September 2012   12:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:17 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

SEBUAH kendaraan angkutan bak terbuka yang sarat muatan berhenti di tepi jalan. Dua orang pekerja langsung menurunkan seperangkat meja makan dan sebuah kasur. Lalu sopir mobil itu menghampiri beberapa perempuan yang sedang berada di pemandian umum, yang letaknya hanya beberapa meter saja dari kendaraan yang diparkirnya.

Sopir itu menanyakan rumahnya Ibu Anu ternyata. Dan para perempuan itupun langsung menunjuk sebuah rumah di bawah tebing, tidak jauh dari jalan. Setelah mengucapkan terima kasih, sopir pun langsung menghampiri kembali orang yang sedang menurunkan muatannya. Sementara para perempuan di pemandian itu sekarang mempunyai bahan pembicaraan baru. Tentang Ibu Anu, tetangga mereka.

Sambil mencuci peralatan rumah tangga, dan yang lainnya mencuci pakaian,  juga satu-dua sedang menggosok tubuhnya, mereka seakan mendapat  durian runtuh. Seperti biasanya kaum perempuan, dimana saja mereka sedang berkumpul, apabila ada yang menarik perhatiannya, maka hal itulah yang akan menjadi sasaran celotehnya.

“Baru saja beberapa hari lalu dia membeli kulkas dan televisi sebesar pintu, sekarang sudah belanja lagi perabotan yang lain,” kata seorang yang sedang membilas cucian.

“Hebat ya, kita saja yang punya suami yang seumur hidup tidak berhenti mencari uang, baru sampai mimpi saja punya barang-barang seperti itu,” sahut perempuan montok yang sibuk menggeraikan rambutnya yang baru selesai dikeramas.

“Makanya kalau ingin punya barang-barang seperti itu, ikuti saja caranya tetangga kita. Apa susahnya, tinggal berdandan menor, lalu saban malam keluar rumah. Pergi ke kota. Pulang subuh. Dan bawa uang yang banyak... hihihi...” timpal perempuan tua yang dari tadi mendengarkan perbincangan teman-temannya.

“Amit-amit... Tidaklah kalau harus begitu. Mendingan sengsara seumur-umur kalau harus melacur. Begini-begini saya masih punya iman, Teh!”

“Ngomong-ngomong apa dia waktu masa kecilnya pernah belajar ngaji apa tidak? Begitu mudahnya menjual diri. Dan seperti tak tahu diri lagi. Apa dia tidak pernah ngaca? Padahal cucunya saja sudah punya empat. Lagi pula lelaki macam apa yang menyukainya? Padahal badan kurus dan peyot. Wajah pun biasa-biasa saja. Aneh. Masih ada lelaki yang mau membeli tubuhnya...”

“Bikin kotor kampung kita saja. Padahal kata ajengan pun kalau ada seseorang berbuat zina, maka empat puluh rumah di sekitarnya konon akan ikut pula kena murka Gusti Allah. Seharusnya tetangga kita yang satu ini mendapat tindakan ya?”

“Sebetulnya yang saya dengar pak RT pun sudah beberapa kali memberi peringatan pada dia. Supaya jangan berbuat mesum di lingkungan kita. Jangan sampai banyak lelaki asing datang ke rumahnya. Dan kalau tidak digubris, maka warga akan menindaknya. Eh, sekarang malah dia sendiri yang keluar saban malam.  Dijemput ojek. Pergi ke kota. Dan pulangnya saat adzan subuh. Begitu.”

“Jaman sekarang. Kalau kurang iman, dan hidup ingin senang, gampang memang. Tapi resikonya, jadi bahan omongan orang...”

“Tampaknya tetangga kita ini sudah tidak perduli pada omongan orang-orang. ..”

“Yah, begitulah kalau mata dan hati sudah dibutakan kemewahan. Apapun siap dilakukan....”

Saya yang sejak tadi tidak jauh dari tempat mereka, dan tidak sengaja mendengarkan pembicaraannya, hanya mampu mengurut dada.   ***

Gegerbeas,18/09/2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun