Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Antasari Azhar Bebas, Patrialis Akbar Terhempas

28 Januari 2017   21:25 Diperbarui: 28 Januari 2017   21:32 1821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Alhamdulillah, Antasari Azhar, mantan ketua KPK mendapat grasi dari Presiden Jokowi, euy!” kata Kang Udin setengah berteriak seraya masuk, menghampiri konco-konconya yang sudah terlebih dahulu berada di warung kopi.

“Artinya dia sekarang sudah bebas murni. Padahal di jamannya SBY jadi Presiden, yang bersangkutan pernah mengajukan grasi. Tapi Presiden keenam itu menolaknya,” timpal Jang Ridwan yang sedari tadi tidak lepas dari handphone-nya.

“Lain Presiden, lain pula sikapnya. Sehingga  terhadap kasus hukum itu pun beda juga pendapatnya. Tapi sepertinya ada yang ganjil juga ya, padahal sejak awal publik pun banyak yang menilai kalau kasus yang menjerat Antasari itu hanyalah rekayasa belaka. Malahan bukan hanya orang luar saja,  adik kandung korban pembunuhannya sendiri tidak percaya kalau Antasari Azhar yang membunuh kakaknya.Apa betul di balik kasus ini ada unsur lain – sebagaimana dugaan banyak orang, dan diduga ada orang kuat di belakangnya?” tanya Mang Elon sambil mengedarkan tatapannya pada semua orang yang ada di warung kopi itu.

“Hush! Jangan ikut-ikutan menuduh seperti itu. Fitnah itu namanya. Apa lagi terhadap mantan Presiden. Bahaya. Bisa celaka kamu nanti. Malahan sebaiknya kamu harus banyak berterima kasih, sebagai balas budi pada Pak SBY yang dulu pernah membagi BLT sama kamu,” potong Pak RT dengan menatap tajam kepada Mang Elon.

“Lha, saya tidak menuduh Presiden SBY koq. Saya cuma mengatakan kalau ada orang kuat di negara ini waktu itu. Rakyat kecil macam kita boro-boro berani menuding seperti itu terhadap mantan Presiden, ikut-ikutan menyindir tentang ‘lebaran kuda’ pun sebagaimana pernah dilontarkannya, saya tidak berani,” Mang Elon buru-buru membela diri sambil cengengesan.

Mendengar jawaban Mang Elon, Pak RT terdiam dengan muka cemberut. Lalu dia menghampiri penjaga warung. Membayar kopi yang telah habis diminumnya. Dan tanpa pamit kepada orang-orang yang masih duduk di dalam warung kopi itu, kemudian dengan langkah tergesa Pak RT keluar meninggalkan mereka.

“Dasar mental orde baru!” umpat Mang Elon setelah bayangan Pak RT tidak tampak lagi, ditelan tikungan gang di seberang jalan.

“Ya, namanya juga mantan pejuang ‘45, loyalitasnya masih tetap melekat,” tukas Kang Adung.

“Huh! Veteran apa, masa orang yang lahir tahun 50-an bisa mendapat tunjangan veteran pejuang ’45. Bapak saya yang seumur dengannya, dan sejak kecil sering bersamanya, cukup tahu banyak siapa Pak RT sesungguhnya. Di jaman pergolakan DI/TII Kartosoewirjo saja bukannya ikut jadi OKD (Organisasi Keamanan Desa, seperti Hansip), dia malah pergi mengungsi dengan keluarganya ke kota,” cibir Jang Ridwan.

“Tapi bisa ya, saban bulan dapat tunjangan, semacam gaji pensiun yang diambilnya di kantor pos kecamatan?” tanya Mang Adung penuh keheranan.

“Ah, seperti tidak tahu saja. Jaman sekarang masalah apa pun di negara ini bisa direkayasa. Berita saja ‘kan ada yang disebut hoaxs. Kabar berita bohong, cuma hasil rekayasa saja. Tapi tokh banyak orang yang mempercayainya.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun