Lantas, bagaimana dampaknya bagi prestasi sepak bola Indonesia? Sama sekali tidak ada. Yang jelas malah semakin terpuruk saja. Dan berdampak jika tim nasional Indonesia tidak pernah berhasil menjadi sebuah tim yang solid karena terlalu seringnya gonta-ganti pelatih.
Hal itu merupakan fakta yang ada di depan mata, suka maupun tidak betapa para pengurus PSSI dalam memperlakukan pelatih tim nasional terkesan tidak memberikan apresiasi sebagaimana layaknya seorang murid terhadap seorang gurunya.
Apakah hal itu masih tetap akan berlaku terhadap pelatih Timnas Indonesia asal Korea Selatan, Shin Tae-yong?
Andaikan nanti di turnamen piala AFF U-23 di Kamboja Shin Tae-yong gagal mempertahankan gelar juara, maka federasi sepakbola Indonesia ini akan memecatnya juga, dan tagar #pecatshintaeyong pun ramai disuarakan?
Andaikan hal tersebut terjadi kembali, dan terus berulang tiada henti, maka jangan lagi mencari-cari kambing hitam untuk mengalihkan perhatian tatkala Timnas Indonesia tidak pernah dapat berprestasi tinggi, dan tidak mampu berbicara banyak di tingkat Asia Tenggara sekalipun. Apa lagi di tingkat Asia dan dunia.
Suka maupun tidak, bahwa hal itu disebabkan karena para stakeholder, pengurus PSSI, dan kita semua sebagai pendukung Timnas Indonesia, meskipun misalnya mendatangkan pelatih sekaliber Jose Mourinho, Pep Guardiola, Ralf Rangnick sekalipun, Timnas Indonesia tidak akan pernah menjadi juara, karena kita semua  memang belum memiliki mental seorang juara.
Itu saja. ***
Â