Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bangga, Pesepakbola Indonesia Jadi Pelatih Salah Satu Klub Italia

14 Januari 2022   19:15 Diperbarui: 14 Januari 2022   19:39 1087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: republika.co.id

Di antara sekian banyak pemain PSSI alumni Primavera, sampai saat ini nama Kurniawan Dwi Yulianto, Bima Sakti, Eko Purjianto masih dikenal publik sepak bola Indonesia sebagai pelatih memang.

Hal itulah menjadi salah satu bukti, bahwa menjadi pesepakbola profesional, manakala karir Sebagai pemain sudah berakhir, masih dapat dilanjutkan dengan menjadi pelatih, atau komentator, bahkan menjadi pengusaha toko alat-alat olahraga, seperti yang dilakoni mantan penjaga gawang Timnas Indonesia, Markus Horison misalnya.

Bahkan di era sekarang ini, tidak menutup kemungkinan, mantan pesepakbola menjalani pekerjaan sebagai seorang content creator, atau Youtuber, sebagaimana yang ditekuni Christian Gonzalez.

Bagaimanapun ketika seorang atlet olahraga apa pun - termasuk sepak bola, sepertinya harus berkaca pada seorang mantan petinju juara dunia yang pernah menjadi kebanggaan Indonesia, yakni Elias Pical. Nasibnya setelah gantung sarung tinju, sungguh-sungguh  memprihatinkan. 

Padahal di era keemasannya, saat menyandang gelar juara dunia Elias Pical begitu dielu-elukan, dan bergelimang harta kekayaan.

Bisa jadi, dengan yang terjadi pada yang bersangkutan, selain faktor nasib, tidak menutup kemungkinan juga apabila yang bersangkutan tidak pandai-pandai dalam mengelola keuangan. Entah terlalu royal, entah karena...

Hanya saja yang jelas, sebagai seorang yang memilih karir di bidang olahraga, terutama sebagai seorang atlet, selain dituntut untuk memiliki prestasi yang tinggi, sudah dipastikan masalah jaminan kesejahteraan hidup tidaklah perlu diragukan lagi.

Sebagai contoh, ya Kurniawan Dwi Yulianto. Selain menjadi andalan Timnas Indonesia pada zamannya, berbagai klub di tanah air maupun mancanegara pernah menggunakan kepiawaiannya dalam mengolah bola di lapangan.

Sehingga sudah dipastikan, pundi-pundi uang pun mengalir ke rekeningnya dalam jumlah yang cukup besar. Bisa jadi sampai saat ini pun kesejahteraan hidupnya masih dikatakan tidak perlu dirisaukan. Karena seusai habis karirnya sebagai seorang pemain, Kurniawan DY beralih menjadi seorang pelatih. 

Oleh karena itu penulis mencatat, untuk menjadi seorang atlet profesional yang menjadi pilihan hidupnya, di samping perlu memiliki prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan yang lainnya, loyalitas sebagai seorang atlet untuk mempertahankan prestasinya itu pun haruslah menjadi perhatian juga.

Apa lagi masa keemasan seorang atlet olahraga, rata-rata mulai dari usia 19 sampai 30 tahun saja. Hal ini pun tentunya patut diingat juga. Seiring usia beranjak tua, sudah pasti prestasinya ikut menurun pula. Dan gajinya pun akan ikut berkurang juga nilainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun