Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tolong, Jangan Bully Anak Kami

5 Desember 2021   19:00 Diperbarui: 5 Desember 2021   19:02 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: ANTARA News/Ridwan Triatmodj)

Sungguh. Saya sendiri bukan seorang psikolog, apa lagi pakar di bidangnya tersebut. Hanya saja melalui banyak membacalah, dan terkadang mengikuti seminar, sedikitnya saya menjadi tahu tentang hal itu.

Paling tidak saya seringkali memberikan dorongan moral, agar senantiasa tabah, dan ikhlas dalam menghadapi anak pertamanya yang memiliki kelainan ini. 

Malahan sebagaimana mitos di daerah kami, bahwa jika memiliki anak yang mempunyai kelainan, seperti halnya cacat fisiknya, ataupun keterbelakangan mental, konon katanya akan membawa hoki baik, paling tidak rezekinya akan mengalir lancar.

Bisa jadi seperti yang dialami oleh Jang Engkos, entah memang sesuai mitos, entah karena rajin mencari peluang usaha, sebagaimana sekarang ini, anak muda itu melakoni tiga jenis usaha. 

Selain tiap hari keliling jualan kue ke warung-warung, dan yang dijalaninya sejak masih bujangan, dia pun masih sempat beternak ayam potong yang dipanen sekitar satu bulan sekali. Sedangkan usaha yang ketiga adalah jual-beli sepeda motor.

Hanya saja selain hasilnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, ia pun tetap berikhtiar untuk mengobati anaknya. Paling tidak sesekali berkonsultasi ke psikiater. 

Dan yang tak kalah menjadi perhatiannya manakala Jang Iwan mencederai teman-temannya, atau juga merusak barang milik tetangga, apa boleh buat, Jang Engkos kudu bertanggungjawab untuk mengobati sampai sembuh, atau mengganti barang yang sudah dirusak anaknya.

Sementara untuk memohon pengertian warga sekitar akan keadaan anaknya, paling tidak jangan lagi diganggu, atau di- bully - seperti yang pernah saya sarankan, Jang Engkos seringkali mengadakan pendekatan baik kepada teman-teman sebaya anaknya, maupun kepada orang-orang yang telah dewasa.

Adapun caranya, dengan mengadakan selamatan di rumahnya, misalnya dalam rangka peringatan maulid Nabi, atau pengajian insidental. Dan saya pun selalu menyempatkan diri untuk menghadiri. Karena diundang, tentu saja. 

Biasanya sebelum acara pokok dimulai, sambil ngobrol saya meminta hadirin untuk tidak mengusik, mengolok-olok anak Jang Engkos yang memiliki kelainan. Sebab selain bukan keinginannya, juga selalu saya tekankan dengan sebuah pertanyaan, "Bagaimana kalau sekiranya bapak-bapak sendiri ditakdirkan memiliki anak yang mempunyai kelainan, seperti yang sekarang dialami keluarga Jang Engkos?

Bahkan dengan dibantu oleh Ajengan yang biasa memimpin acara, dijelaskannya, bahwa di dalam ajaran agama Islam juga disebutkan bahwa Allah tidak melihat pada tubuh dan bentuk rupa seseorang, tetapi Allah melihat kepada hati umat mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun