Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sketsa: Seorang Guru Ngaji yang Menakjubkan

28 November 2021   06:00 Diperbarui: 28 November 2021   07:20 1340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: m.facebook.com)

Alkisah di suatu kampung.  Di sebuah negeri antah-berantah. Ada seorang ustadz, atau Guru ngaji, yang kehidupannya sungguh-sungguh menakjubkan. Bagi orang-orang di sekitarnya, tentu saja. 

Betapa tidak. Sehari-hari kerjanya cuma mengajar ngaji anak-anak, dan seminggu sekali memberikan tausiyah di majelis taklim warga kampung dan sekitarnya. 

Tapi, meskipun hanya berprofesi sebagai guru ngaji dan pendakwah di level kampung saja, ternyata rumahnya saja selain dibangun secara permanen, juga diperkirakan menghabiskan anggaran sampai ratusan juta rupiah saking menterengnya. Untuk ukuran kampung dan sekitarnya tentunya. 

Selain itu, di garasi rumahnya sebuah kendaraan roda empat produk pabrikan Jepang yang terkenal, jenis MVP kelas standar, selalu siap mengantarkan ustadz dan keluarganya untuk bepergian. 

Selain mobil, dua sepeda motor jenis matic pun tampaknya menjadi kendaraan harian Ustadz ketika menengok sawah, atawa ke kebun untuk memetik buah, seperti jengkol, petai, dan sebagainya. Sedangkan sepeda motor yang satunya lagi, menjadi tunggangan anak sulungnya yang sudah duduk di madrasah setingkat Tsanawiyah - Sebagaimana di Indonesia ini. 

Bisa jadi bagi orang yang belum mengetahui latar belakangnya, akan merasa heran dan takjub melihat kehidupan Ustadz tersebut. Hanya sekedar guru ngaji saja, tapi kehidupannya seperti seorang pengusaha yang sukses saja laiknya. 

Malahan tak sedikit guru-guru honorer selain ada yang takjub dan keheranan, ada juga yang merasa iri, lantaran mungkin saja membandingkan pekerjaan dirinya yang harus mengajar murid di sekolah sejak pukul 7.15 sampai pukul 13.30, sementara upah atawa honorarium yang diterimanya cuma 150 ribu setiap bulannya.  

Sedangkan Ustadz itu mengajar ngaji dari selesai shalat Maghrib hingga tiba waktu shalat Isya, dan seminggu sekali memberikan tausiyah di majelis taklim, tapi kehidupannya boleh jadi levelnya setingkat kepala dinas. 

Wajar saja bila ada yang merasa iri, namanya juga manusia. Bukan Nabi, apa lagi malaikat.

Memang, bilamana ada yang memberanikan diri untuk bertanya langsung kepada Ustadz, ihwal harta kekayaan yang dimilikinya, beliau selalu berkilah, bahwa semua hartanya merupakan berkah yang dititipkan Allah Subhanahu wa ta'ala kepada dirinya. 

Tapi mendengar jawaban Ustadz seperti itu, banyak orang yang tidak begitu saja mempercayainya.  Lantaran wataknya juga manusia. Apa lagi warga di negara antah-berantah itu, sifat kepo-nya bisa disebut paling unggul dari bangsa lainnya di muka bumi ini.  

Maka banyak di antara mereka yang dengan sengaja kasak-kusuk untuk mencari tahu asal-usul kekayaan  sang Ustadz. Dengan diam-diam tentunya. Tanpa sepengetahuan yang bersangkutan. 

Meniru detektif sebagaimana dalam novel-novel yang banyak beredar di kaki lima. Bisa juga dibilang bagaikan Cyber Army di Jakarta, yang konon katanya akan dibentuk oleh MUI DKI Jakarta, yang maksudnya akan mendeteksi setiap kabar hoax yang banyak menyerang Gubernur Anies Baswedan. 

Lalu setelah berhasil mengorek informasi dari berbagai sumber yang dapat dipercaya, warga yang memiliki rasa kepo yang begitu tinggi itu, akhirnya geleng-geleng kepala seraya bergumam: "Pantesan ..." 

Betapa tidak. Madrasah yang dibangun secara swadaya oleh seluruh warga kampung, diam-diam telah dirubah statusnya menjadi berbentuk yayasan yang dikelola oleh Ustadz bersama keluarga. 

"Pantesan sering ke istana negara antah-berantah sambil selalu menenteng map berisi proposal..." gumam warga berulang kali.  Seraya mengusap mukanya sambil mengucap Istighfar.

Iya. Proposal berupa permohonan bantuan pembangunan sarana dan prasarana pendidikan keagamaan pun, ternyata digunakan untuk memperkaya dirinya sendiri! 

Masya Allah...***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun