Selain sebagai imam tetap di mushola, Kang Baim, demikian ustadz yang bernama lengkap Bahruddin itu biasa kami panggil, Â iapun seorang peternak ayam petelur.
Dengan memelihara seratus ekor ayam, Kang Baim sebenarnya sudah dianggap cukup mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang hanya tinggal berdua dengan istrinya. Karena lima orang anaknya sudah berkeluarga. Sehingga setiap bulan pun dia selalu mendapat kiriman uang dari anak-anaknya.
Akan tetapi entah kenapa, walaupun begitu, Â ternyata dia sepertinya masih memiliki semangat yang tinggi untuk mengumpulkan pundi-pundi uang dengan mencari penghasilan tambahan.
Bisa jadi hal itu lantaran di usianya yang sudah berkepala tujuh itu belum kesampaian untuk menunaikan ibadah haji yang selalu diimpikannya.
Dalam beberapa kali  obrolan di beranda mushola sambil menunggu waktu shalat Isya, Kang Baim pernah mengutarakan niatnya ingin beternak burung puyuh.Â
Menurutnya, usaha yang satu ini konon lebih menjanjikan dibandingkan dengan beternak ayam petelur. Selain hemat pakan dan kandang, harga jual telurnya pun lebih stabil daripada telur ayam yang seringkali naik-turun.
Oleh karena itu Kang Baim berencana untuk mengunjungi seorang peternak burung puyuh di kampung lain yang katanya sudah sukses, dan peternakannya pun sudah termasuk kelas lumayan besar.
Paling tidak di samping untuk berkonsultasi, bagaimana cara beternak burung puyuh supaya bisa sampai berhasil, juga sekalian untuk bersilaturahmi. Bukankah sebagaimana seringkali dikatakannya, bahwa hikmah dan faedah di balik silaturahmi itu selain menambah banyak teman, juga akan memanjangkan umur, dan menambah banyak rezeki.
Ketika itu, setelah shalat Jum'at, Kang Baim dengan diantar oleh salah seorang murid ngajinya pergi berkunjung ke peternakan burung puyuh yang berada di suatu desa yang jaraknya sekitar tujuh kilometer dari kampung kami.
Hanya saja saat ketika kembali pulang, kami dikejutkan dengan kondisi ustadz tua yang satu ini. Betapa tidak, sewaktu berangkat, baik Kang Baim maupun anak yang menyertainya tampaknya sehat-sehat saja. Tapi ketika pulang keadaan keduanya cukup membuat bingung keluarga dan tetangga sekitarnya.Â
Selain kondisi tubuhnya lemah, Kang Baim pun tampak seperti orang yang linglung. Sementara Si Yoga, anak berusia 17 tahun itu selain pipinya bengkak, rahangnya pun berubah seperti orang yang terkena stroke. Sehingga bicaranya pun jadi tidak jelas.