Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kerusuhan di Amerika Serikat Mirip dengan Kejadian di Tasikmalaya 24 Tahun Silam

3 Juni 2020   09:59 Diperbarui: 3 Juni 2020   10:10 2208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi http://x-tiongeneration.blogspot.com

Kerusuhan yang dipicu oleh penyiksaan polisi terhadap warga sipil di Amerika Serikat baru-baru ini, mengingatkan penulis dengan peristiwa serupa yang terjadi di Tasikmalaya, Jawa barat, sekitar 24 tahun silam. Tepatnya Kamis, 26 Desember 1996.

Kebetulan pada hari dan tanggal tersebut, saya bersama anak kami yang saat itu masih berusia 11 tahun, sedang berada di pusat kota Tasikmalaya. Maksudnya hendak belanja pompa air, lantaran yang selama ini kami miliki sudah rusak, dan minta untuk diganti.

Akan tetapi baru saja turun dari angkot, saya melihat banyak kerumunan massa yang begitu banyak, dan kebanyakan dari mereka mengenakan pakaian ala santri. Ada yang berpeci hitam, dan putih, di lehernya mengenakan sorban, berbaju Koko, atawa juga Khamis, serta berkain sarung, maupun bercelana cingkrang.

Dari mulai jalan dokter Soekardjo, masjid agung, hingga sepanjang jalan Haji Zainal Mustofa dan sekitarnya, penuh dengan kerumunan massa yang menggemakan takbir, dan diselingi teriakan yang menghujat aparat kepolisian.

Dalam hati saya bertanya-tanya. Ada apa gerangan yang sedang terjadi? Sementara itu saya pun langsung merasa khawatir akan keselamatan anak saya yang tampaknya begitu besar keingintahuannya dengan apa yang disaksikan di depan matanya saat itu.

Sambil menuntun erat tangan si sulung, saya mencoba menghampiri kerumunan masa di dekat gedung bioskop yang berada di seberang sebelah Utara masjid agung.

Kepada seorang yang tampaknya hampir sebaya dengan saya, dan setelah sebelumnya mengucap salam, saya tanyakan tentang keadaan yang terjadi.

"Ada santri yang disiksa polisi," sahutnya dengan nada geram penuh kemarahan.

Secara spontan saya mengucap Istighfar. Tapi ketika akan menanyakan sebab-musababnya, teman bicara saya itu sudah beranjak menuju ke arah jalan Hazet (Haji Zainal Mustofa) bersama massa seraya mengucap takbir. 

Sepeninggal mereka, saya masih sempat menyaksikan beberapa tiang rambu-rambu lalulintas di dekat saya begitu mudahnya dipatahkan hanya oleh kedua belah tangan seorang di antara kerumunan massa itu.

Saya berulang kali mengucap Istighfar seraya menggeleng-gelengkan kepala. Terlebih lagi saat melihat di seberang sana massa bergerak riuh-rendah sambil menggedor-gedor setiap toko di sepanjang pusat kota Tasikmalaya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun