Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menyoal Peran Penting Pemerintah dalam Menangani Pandemi Covid-19

28 Mei 2020   19:04 Diperbarui: 28 Mei 2020   21:11 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Donald Trump dan Presiden Jokowi (tribunnews.com)

 Ternyata sebutan negara maju, berkembang, atau juga negara yang masih terbelakang, tidaklah menjadi  jaminan berhasil dan gagalnya di dalam penanganan pandemi virus Corona dewasa ini.

Buktinya negara Amerika Serikat yang selama ini disebut sebagai negara superpower, bahkan mengklaim sebagai pemimpin dunia, tercatat sebagai negara paling banyak ditemukan kasus positif virus Corona.

 Sementara negara kecildan masih terbelakang seperti negara  Nauru, Samoa, dan Vanuatu, misalnya, sampai awal bulan Mei 2020 lalu, masih dinyatakan sebagai negara-negara yang masih steril dari virus yang bermula dari kota Wuhan, provinsi Hubei, RRT itu.

Atau paling tidak negara Vietnam dan Taiwan misalnya, yang berhasil menekan penyebaran, dan tanpa mencatat korban jiwa secara signifikan, merupakan suatu hal yang yang patut menjadi perhatian. 

Mengapa bisa terjadi seperti demikian? Apa yang menjadi sebab-musababnya negara yang saat ini dipimpin oleh seorang Donald Trump menjadi negara yang paling parah, dan seakan tak berdaya menghadapi musuh yang tak kasat mata tersebut? Dan mengapa negara sekecil Taiwan justru malah sebaliknya. Berhasil menekan laju penyebaran salah satu virus yang belum ditemukan vaksin penawarnya hingga sekarang ini?

Lebih jelasnya mari kita lihat.

Menyimak perkembangan jumlah pasien terinfeksi corona di dunia, hingga Rabu (27/5/2020) pukul 15.50 WIB,  tercatat 5.701.257 kasus.

Dari 5,7 juta orang yang positif terinfeksi Covid-19, 352.573 pasien meninggal dunia dan 2.445.243 dinyatakan sembuh.

Adapun lima negara yang paling banyak kasus positif virus Corona hingga Rabu (27/5/2020), adalah sebagai berikut:

1. Amerika Serikat: 1.725.275 terinfeksi (+19.094) dan 100.572 meninggal (+767)

2. Brasil: 394.507 terinfeksi (+2.147) dan 24.593 meninggal (+1.071)

3. Rusia: 370.680 terinfeksi (+8.338) dan 3.968 meninggal (+161)

4. Spanyol: 283.339 terinfeksi (+859) dan 27.117 meninggal (+280)

5. Inggris: 265.227 terinfeksi (+4.043) dan 37.048 meninggal (+134).

Sementara Indonesia berada di urutan ke-32 dari 213 negara dan wilayah di seluruh dunia yang telah melaporkan Covid-19.

Sebagaimana diketahui update terbaru di Indonesia per 27/5/2020 terkonfirmasi sebanyak 23.851 kasus. Pasien dirawat sebanyak 16.321, meninggal dunia 1.473 orang, dan berhasil sembuh sebanyak 6.057 orang.

Terlepas dari itu, kita tak boleh menepuk dada, dan tetap harus tetap waspada. Bahkan harus berkaca dari kegagalan AS, Brazilia, maupun Rusia yang saat ini masuk di dalam klasemen tiga besar negara yang paling banyak ditemukan kasus positif Covid-19.

Apabila ditelaah, AS dan Brazilia misalnya, salah satu faktor penyebabnya adalah sikap dari kepemimpinan Presiden kedua negara itu juga yang selama ini terkesan menyepelekan terhadap bahaya dari pandemi Covid-19 yang sejatinya sudah mendunia.

Sepak-terjang dan sikap Presiden Donald Trump yang tidak jelas, seperti sejak Februari Trump mengatakan virus itu akan “hilang” setidaknya 15 kali, paling akhir 15 Mei lalu. “Suatu hari akan menghilang,” katanya pada 27 Februari. “Ini seperti keajaiban” (CNN. 21/5). Sehingga banyak Gubernur negara' bagian harus bertindak atas inisiatif masing-masing demi mengatasi ancaman pandemi di negara bagian yang menjadi wilayah otoritasnya. 

 Demikian juga halnya dengan yang terjadi di negaranya pesepakbola Ronaldinho. Presiden Jair Bolsonaro pun 11-12 dengan Donald Trump. 

Bolsonaro setiap ditanya media, selalu saja hanya mengucapkan dua kata, "So what?", dan dikatakannya bahwa Covid-19 serupa flu ringan belaka.

Tapi pada akhirnya Jair Bolsonaro menyesal dan menyampaikan permintaan maaf setelah seorang jurnalis menanyakan tentang korban tewas di negara itu sudah sedemikian banyaknya. 

Dari dua kasus yang terjadi di belahan Amerika sana, secara jelas kita menjadi tahu sikap pemimpin di kedua negara itu. 

Dan meskipun konon dianggap masih terdapat (katanya) banyak kekurangan dan kelemahan, di negeri ini, pemerintahan di bawah Presiden Jokowi sama sekali jauh berbeda dengan sikap Presiden AS dan Brazilia. 

Di samping masih terus berupaya keras agar mampu membuat vaksin, pemberlakuan stay at home, yakni bekerja, belajar, dan beribadah di rumah, serta  pembatasan sosial berskala besar (PSBB), lalu sekarang dengan dicanangkannya kenormalan baru, atau yang lebih dikenal new normal, menjadi bukti pemerintah di negeri ini memiliki tanggung jawab yang besar terhadap kehidupan rakyatnya.

Hanya saja yang patut disayangkan, justru sikap rakyatnya sendiri yang begitu mudah melakukan protes, bahkan nyinyir dengan berbagai dalih, dan lebih mengarah kepada sikap pembangkangan atas berbagai aturan, termasuk protokol kesehatan yang telah ditetapkan.

 Itulah yang menjadi masalahnya. Rakyat +62 ini terlalu banyak yang pinter-pinternya. Tapi... Gitu deh! ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun