Mohon tunggu...
Arsila khairunnisa
Arsila khairunnisa Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar

“Jadilah pribadi yang menantang masa depan, bukan pengecut yang aman di zona nyaman”

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Agama Vs Sains dalam Memandang Fenomena Covid-19

30 Maret 2020   20:59 Diperbarui: 24 April 2022   21:29 2626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kekhawatiran terus menakut-nakuti kita akan adanya fenomena wabah penyakit yang berasal dari virus covid-19 atau lebih kita kenal sebagai virus corona. Virus ini ditemukan pertama kali di Kota Wuhan, Cina, lalu menyebar hingga ke penjuru dunia. Pandemi virus corona mengubah rutininitas hampir semua orang yang awalnya menghabiskan waktu di luar rumah. Untuk menekan risiko penularan COVID-19, masyarakat harus menerapkan tinggal di rumah, untuk para pekerja diberlakukan work from home dan bagi para pelajar learn from home. Dikutip dari website resmi WHO yaitu  https://www.worldometers.info/coronavirus/ terdapat 722,088 kasus virus corona yang terjadi diseluruh negara di dunia, dengan jumlah angka kematian sebesar 33,976, dan angka kesembuhan sebesar 151,766. Sedangkan kasus virus corona di Indonesia sebesar 1,285, dengan total kematian sebesar 114 dan data untuk tingkat kesembuhan di Indonesia sebesar 64. Dari data tersebut wajarlah jika WHO (World Health Organization) menetapkan sebagai status darurat internasional terhadap virus Corona.

Sehingga untuk melakukan tindakan preventif secara medis, World Health Organization (WHO) memberikan imbauan secara medis, diantaranya rajin mencuci tangan, memakai masker bagi yang flu, menjaga pola hidup dan pola makan sehat, melakukan pencegahan penularan yaitu dengan social distancing. Namun, banyak orang yang memandang virus Corona dari sudut pandang batin, yang akhirnya mengkaitkan itu semua terhadap pandangan agama, oleh sebab itu banyak dari kita memaknai fenomena virus corona ini sebagai peringatan dari Allah agar lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Terlepas dari apakah kita akan mengikuti paham jabariyah maupun qadariyah, Corna harus kita obati juga dengan banyak berzikir, beristighfar, memperbanyak doa tolak bala'-waba',  bersholawat kepada nabi, dan amalan-amalan lainnya.

Berbagai isu yang tersebar marak di media sosial memberikan pandangan yang mengkaitkan corona dengan agama seperti propaganda yang tersebar mengatakan bahwa Islam sudah memerintahkan umatnya membasuh tangan dalam wudhu, hal itu bahkan sebelum pakar kesehatan menyarankan untuk mencuci tangan sebagai upaya pencegahan virus corona. Padalah menurut anjuran medis, mencuci tangan dengan air saja tidak cukup untuk membunuh kuman, bakteri ataupun virus yang menempel di permukaan kulit, kecuali dengan menggunakan sabun.

Selain itu, sejumlah pemuka Islam menerangkan bahwa tanda-tanda akhir zaman mulai dekat dengan adanya wabah virus corona ini yang berdasar pada hadist Nabi Muhammad SAW., bahwa salah satu tanda dekatnya hari akhir zaman adalah ditandai dengan wabah penyakit di seluruh dunia. Ditambah bahwa tidak sedikit pula yang menganggap kebijakan pemerintah Arab audi untuk mensterilisasikan daerah ka'bah dan menghentikan ibadah umrah juga merupakan tanda-tanda akhir zaman. Padahal penutupan Ka'bah ini bukan kali pertama, memang sangat langka, namun pada beberapa kasus, praktik ibadah di Ka'bah dihentikan ketika Mekkah dilanda banjir, adanya serangan teror kaum militan atau ketika kelompok Ikhwan menduduki Masjidil Haram di Mekkah pada 1979.

Memang menjadi fenomena lumrah jika kasus bencana atau wabah penyakit, orang berusaha menjelaskannya sering kali dengan menggunakan kacamata agama. Sebab itu pula umat beragama, tidak hanya umat Islam yang menggunakan tafsir "ayat-ayat suci" untuk mengaitkan wabah corona sebagai tanda datangnya hari kiamat. Seperti yang terdapat di media sosial ada yang mengutip Lukas 21:11 dari Alkitab, bahwa "Di mana-mana akan terjadi gempa bumi yang hebat, bahaya kelaparan dan wabah penyakit." Ayat tersebut merujuk pada pertanda hari akhir zaman, ada pula yang menuliskan di media sosial bahwa beragam peristiwa muram yang terjadi akhir-akhir ini merupakan pertanda kedatangan Yesus.

Lain lagi bagi para pemuka agama Hindu mereka mengatakan bahwa virus corona adalah avatar yang mengamuk, sebuh inkarnasi Tuhan yang diturunkan demi menghukum Manusia tamak. Mereka menganggap bahwa corona datang untuk melindungi kaum miskin, datang untuk memberi pesan kematian terhadap mereka yang memakannya. Chakrapani, presiden partai konservatif di India menganjurkan warga Cina pemakan daging agar berjanji untuk tidak melukai makhluk hidup tidak berdosa di masa depan untuk meredakan amarah corona.

Lalu bagaimana dari sudut ilmiah?, Covid-19 yang tergolong virus penyakit zoonatik yang menular dari hewan ke manusia memang memakan ribuan manusia meninggal, memang secara ilmiah covid-19 yang berasal dari SARS-CoV-2 belum pernah menular ke manusia sebelumnya. Namun beberapa virus sejenis ini tidak hanya sekali telah mewabah dan menghebohkan dunia, seperti wabah MERS CoV yang juga menelan banyak korban terutam di Timur Tengah. Pada abad ke 14 wabah sampar juga membunuh lebih dari 200 juta manusia Eropa, Asia, dan Timur Tengah, selain itu pernah juga muncul virus H1N1 yang berasal dari unggas dan babi telah menyebar ke seluruh dunia dan mematikan sekitar 50 juta orang dari 500 juta yang tertular.

Covid-19 telah ada di depan mata kita. Cara kita dalam menyikapi penyakit tersebut akan menentukan kemampuan kita mencegah penyebarannya atau kecepatan penanganannya. Masing-masing telah memiliki keahlian sesuai dengan kompetensi yang telah dibangun. Kita kawal upaya pengambil kebijakan membuat langkah-langkah pencegahan dan penanganannya. Kita patuhi saran dari ahli kesehatan untuk pola hidup sehat yang mengurangi risiko kita terpapar virus tersebut. Tidak ada yang salah, hal ini kembali lagi kepada diri kita bagaimana menyikapi hal tersebut walau dengan dalam dua bingkai yang berbeda. Hal ini dibuat bukan untuk membuat turunnya kepercayaan kita terhadap pandangan agama atau sebaliknya. Namun hendaknya kita sebagai umat beragama untuk saling mengajak sesama saudara untuk menjadikan peristiwa saat ini sebagai momen untuk melakukan muhasabah, meningkatkan keimanan kita kepada Allah, memperbanyak doa, atau hal-hal lain yang terkait keagamaan dengan tetap menjalani aturan, himbauan, dan kebijakan dari para pemimpin dan tim kesehatan sebagai bentuk upaya kita untuk menghindari terjangkitnya virus corona ini. Semoga kita selalu dalam perlindungan-Nya Aamiin Ya Rabbal 'Alamin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun