Mohon tunggu...
arsi juwandy
arsi juwandy Mohon Tunggu... Guru - Lahir dan besar di Ruteng

Penggemar berat Sheila On 7

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ruteng Kota 1001 Kandang Babi

18 Februari 2020   21:07 Diperbarui: 19 Februari 2020   06:15 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi banyak orang, Ruteng merupakan salah satu tujuan akhir untuk menimati Kopi. Ya untuk kalimat ini saya sepakat, karena hanya di Ruteng kopi yang paling enak. Tapi tulisan kali ini, saya tidak aan membahas tentang kopi dan filosofinya tetapi tetang hal lain yang ada di kota Seribu Gereja, kota Ruteng
Pembaca yang budiman, maksud dari tulisan saya ini adalah ingin mengajak kalian semua untuk datang ke Ruteng dan menikmati segala keindahan yang ada. Tapi sebagai Ata Ngara Mbaru yang baik, saya ingin memperkenalkan kota kelahiran saya dulu.
Sebagian atau bahkan semua dari kita sepakat bahwa Ruteng terkenal sebagai salah satu kota yang dingin di Indonesia.  Di beberapa situs internet, sudah bayak yang menuliskan bagaimana dinginnya kota Ruteng dibandingkan kota lain. Yah, walaupun dalam beberapa kesempatan kalian masih melihat orang Kubang (bekat)  yang memakai CU atau hot pants ketika malam hari. Mungkin itu Antitesi dari Ruteng sebagai kota Dinging.
Dalam tulisan kali ini, saya tidak akan membahas Ruteng, kopi atau ding itu menulis tentang Ruteng. Pada tulisan kali ini saya akan membahas salah satu ciri khas dari kota Ruteng sebagai kota 1001 Kandang Babi.
Kalau kalian sering main ke Ruteng, di setiap kompleks, kalian pasti akan menemukan kandang babi. Hampir semua gang atau kompleks di Kota Ruteng memiliki kandang babi. Dan yang lebih mengejutkan adalah di kota Ruteng semua masyarakat berlomba-lomba untuk memelihara babi. Rata-rata lebih dari satu dan bahkan ada yang sampai 5 babi.
Pertanyaan yang muncul adalah siapa yang mengurus/ merawat babi-babi tersebut? Ini mungkin berangkat dari asumsi masyarakat yang menetap di luar kota Ruteng dan beranggapan bahwa semua yang tinggal di Ruteng adalah pegawai.
Reputasi anak muda Ruteng atau yang lebih di kenal dengan sebutan Reba kota dan Molas Ruteng sudah tidak di ragukan lagi. Mulai dari penampilan dan gaya hidup anak Ruteng yang hampir 11-12 dengan Korea menjadikan mereka begitu berbeda dengan anak-anak lain.
Melihat pernyataan di atas, pasti semua heran ketika saya mengatakan bahwa di balik kegaulannya mereka terdapat utang "teneng pakang" atau memasak makan babi yang belum tuntas. Saya yakin semua tidak percaya akan peryataan ini.
Berikut ini,  saya punya pengalaman dan alasan  yang mewakili reba kota dan mendukung peryataan ini. simak penjelasannya berikut.

Pertama, sahabat saya yang di luar kota Ruteng pasti tidak pernah melihat anak-anak Ruteng parkir antara pukul 15.00 sampai pukul 16:30. Jam standar Parkir di deker atau perempatan untuk mereka adalah pukul 17:00 ke atas. Hal ini dikarenakan, dari pukul 15.00 sampai pukul 16:30 mereka mengurus babi babi mereka. Mulai dari mengambil batang pisang  di kebun (jika tidak ada persediaan di rumah), iris, masak  sampai pada proses na,ang (memberi makan babi) semua dilakukan dari jam yang sudah di tentukan tadi.
Pecayalah, jangan pernah remehkan mereka yang duduk/ parkir sambil memainkan alat musik atau ditemani sebotol sopi sambil siul-siul anak kos. Atau dengan tampilan celana pendek, tatoan atau beranting.
Di balik itu kami tidak bisa memisahkan diri dari mereka (babi). Sebelum pukul 17:00 kalian akan melihat bagaimana lincahnya kami memainkan pisau di atas batang pisang dan mengiris dengan semangatnya, membuatnya menjadi makanan yang layak saji untuk sahabat yang kerjanya makan tidur terus.
Kedua, babi menjadi musuh terbesar kami dalam merebetut hati orang tua. Alasannya sederhana, bayangkan saja, ketika kalian pulang sekolah dan pastinya lapar, mama biasanya menyambut kita dengan peryataan seperti ini, de senang woko kole gi, gelang koe ganti ga kudut urus pakang ela. Sakit bukan? ya memang sakit kadang juga kami menjawab, ai ceing anak di mama, aku ko ela?
Bei de wei, saya omong begini karena sudah terlalu emosi. Dalam keadaan lapar kita malah disuruh menyiapkan hidangan yang tidak bisa kita makan dan untuk orang lain lagi.
Ketiga, hal yang paling menyebalkan adalah ketika liburan kami terganggu dengan kata pakang. Biasanya saat liburan ke kampung keluarga apalagi menggunakan kendaraan umum, pesan yang kami dapat adalah nana kalau pulang jangan lupa elong (batang pisang).  
Atau ketika bapa dan mama ada kesibukan dan harus meninggalkan rumah, itu ketika mereka pulang pasti yang ditanyakan pertama adalah babi, nana asa koe ela lemeu, am toe keta manga perhati lemeu. Sampai sekarang babi telah menjadi musuh sekaligus sahabat buat kami. Musuh karena waktu kami banyak dibuang untuk mengurus makanan mereka.tetapi tetap menjadi sahabat karena hampir sebagian besar masyarakat menggunakan babi sebagai salah satu aset untuk menyekolahkan anak-anak mereka.
saya hanya mau mengatakan bahwa, meski makan tempo babi telah merebut hati kedua orang tua kami, tapi di balik itu kami banyak dibantu oleh kehadiran babi-babi di rumah. Apalagi ketika membutuhkan uang, dalam keadaan mendesak mereka menjadi solusi untuk permasalahan itu. Babi telah menjadi berkah tersendiri bagi kami, kami yang menganggap diri paling keren.
Salam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun