Mohon tunggu...
Arshinta Eka Putri
Arshinta Eka Putri Mohon Tunggu... Freelancer - arshinta eka putri

mahasiswa jurnalistik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bimbel Masih Jadi Solusi Andalan Raih Pendidikan Tinggi

18 Maret 2019   07:58 Diperbarui: 4 April 2019   22:06 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Lembaga Bimbingan Belajar (Bimbel)

Jakarta -  Persaingan memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi, kian bertambah sulit dan rumit setiap tahunnya. Hal inilah yang menyebabkan banyak orang tua mempercayakan pendidikan anaknya kepada lembaga-lembaga bimbingan belajar, dengan harapan dapat membantu meningkatkan nilai dan prestasi belajar.

Menapaki jenjang pendidikan setinggi-tingginya adalah harapan semua orang tua dan anak. Derasnya perkembangan zaman dan arus informasi membuat persaingan menggapai pendidikan tinggi kian hari, kian terasa sulit. Hal inilah yang menjadikan para orang tua khawatir dan mencoba mencari berbagai solusi demi meningkatkan prestasi belajar anak-anaknya. Salah satu cara yang dinilai efektif adalah dengan mendaftarkan anak-anak mereka ke lembaga bimbingan belajar, yang kerap kali menjamin nilai sang anak untuk dapat diterima di sekolah dan perguruan tinggi pilihan.

Lembaga bimbingan belajar atau disebut bimbel, seakan menjadi solusi paling tepat untuk meningkatkan nilai belajar. Pasalnya, bimbel menawarkan sistem belajar yang mudah dipahami dan diingat daripada yang biasa diajarakan di sekolah. Sistem inilah yang dianggap sebagai ‘senjata pamungkas’ untuk menaikkan nilai pelajaran di sekolah. Hal ini pula yang membuat para orang tua yakin dan mempercayakan bimbel sebagai lembaga pendidikan tambahan selain sekolah.

Meskipun terkadang biaya yang dikeluarkan untuk bimbel tidaklah murah, para orang tua pun tetap menyanggupinya. Banyak diantaranya yang merasa biaya yang dikeluarkan terbilang wajar, demi meningkatkan nilai pelajaran sekolah. Keterbatasan orang tua dalam membimbing sang anak ketika belajar pun menjadi alasan. Hal itu karena, sistem pelajaran dan kurikulum yang berubah-ubah membuat para orang tua kewalahan untuk membimbing dan mengajari anaknya di rumah. Tak hanya itu, banyak pula orang tua yang tak memiliki cukup waktu di rumah lantaran bekerja.

Gambar 2. Salah satu lembaga bimbel di kawasan Jakarta
Gambar 2. Salah satu lembaga bimbel di kawasan Jakarta
Sri Murtini (49) misalnya, ia turut mempercayakan pendidikan anaknya kepada salah satu lembaga bimbel di Jakarta. Seorang ibu yang juga berprofesi sebagai karyawan di sebuah perusahaan swasta ini, mempercayakan bimbel sebagai tempat untuk memberikan pelajaran tambahan yang dapat meningkatkan nilai pelajaran sang anak. Sri mendaftarkan anaknya untuk mengikuti bimbel saat berada di kelas 4 SD, karena merasa nilai sang anak perlu diperbaiki.

“Alasan masukkan anak saya ke bimbel itu karena sadar kalau nilainya tidak begitu bagus. Anak laki-laki kan biasanya lebih suka main ya, nah dia juga seperti itu. Terus juga saya dan ayahnya tidak bisa selalu memantau anak, karena kita sama-sama kerja,” ucap Sri.

Usai mendaftarkan anaknya ke lembaga bimbel, Sri mengaku nilai pelajaran sang anak cukup meningkat. Beberapa pelajaran yang semula bernilai rata-rata, perlahan mulai meningkat. Bahkan di pertengahan tahun 2018 lalu, anaknya berhasil diterima di salah satu SMP negeri di daerah Jakarta Selatan.

Mendaftarkan anak ke lembaga bimbel juga dilakukan oleh Fifi Hartini (55). Ia mengaku mendaftarkan anaknya bimbel, lantaran khawatir akan persaingan ketat untuk masuk ke perguruan tinggi negeri atau kerap disebut PTN. Selain itu, kemauan sang anak untuk bimbel juga menjadi alasannya untuk mendaftar di salah satu lembaga bimbel ternama di Indonesia. Fifi pun rela mengeluarkan biaya sekitar 7 juta rupiah, untuk durasi bimbel tiga minggu sekali selama tujuh bulan.

“Alasan daftarkan anak ke bimbel karena orang rumah sudah tidak ada yang bisa lagi mengajarkan pelajaran SMA, jadi lebih baik bimbel saja. Terus anak saya juga kebetulan mau didaftarkan ke bimbel,” ujar Fifi.

Meski demikian, Fifi tidak sepenuhnya mempercayai kualitas yang dijanjikan oleh lembaga bimbel. Ia mengaku tetap percaya sepenuhnya pada kemampuan anak. Ia pun berkata bahwa mengikuti bimbel bukanlah suatu keharusan.

“Ikut bimbel itu tidak harus ya. Kalau anaknya mampu belajar sendiri, ya tidak apa-apa kalau tidak bimbel,” ucapnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun