Mohon tunggu...
Arsdhewani Maria Vianey
Arsdhewani Maria Vianey Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Politeknik Statistika STIS

Mahasiswa Politeknik Statistika STIS Angkatan 61

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Jawa Tengah: Sumber Biofarmaka Indonesia

24 September 2021   16:45 Diperbarui: 24 September 2021   16:47 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jawa Tengah (24/9/2021) - Indonesia merupakan negara tropis dengan tanah yang subur. Segala jenis tanaman dapat tumbuh dengan mudah, mulai dari tanaman hias hingga tanaman obat. Tanaman obat atau yang sering dikenal dengan istilah biofarmaka merupakan tanaman yang bermanfaat untuk obat-obatan, kosmetik, dan kesehatan yang dikonsumsi atau digunakan dari bagian-bagian tanaman seperti daun, batang, buah, umbi (rimpang), ataupun akar. Tanaman yang sering digunakan menjadi obat-obatan herbal antara lain jahe, kencur, kunyit, temulawak, dan lain-lain.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020, lebih dari 72 persen biofarmaka diproduksi di Pulau Jawa. Pada tahun 2020, produksi biofarmaka di Provinsi Jawa Tengah menempati urutan kedua terbesar se-Indonesia dengan jumlah keseluruhan produksi mencapai 97,01 juta kilogram pertahun. Posisi pertama ditempati oleh Provinsi Jawa Timur dengan angka produksi 200,94 juta kilogram pertahun, sedangkan di posisi ketiga ditempati oleh Provinsi Jawa Barat dengan angka produksi mencapai 72,63 juta kilogram pertahun.

Biofarmaka yang paling banyak diproduksi di Jawa Tengah adalah Jahe. Pada tahun 2020, produksi Jahe di Jawa Tengah mencapai 31,67 juta kilogram. Jumlah tersebut bertambah sebanyak 4,60 juta kilogram jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Daerah yang paling banyak menyumbang produksi Jahe di Jawa Tengah adalah Kabupaten Semarang dengan jumlah produksi Jahe mencapai 5,89 juta kilogram. Urutan selanjutnya biofarmaka yang paling banyak diproduksi di Jawa Tengah adalah Kunyit (29,99 juta kg), Kapulaga (25,03 juta kg), Kencur (20,51 juta kg), Lengkuas (14,36 juta kg), Temulawak (4,68 juta kg), dan biofarmaka lainnya (6,00 juta kg).  

Sumber: BPS Jawa Tengah
Sumber: BPS Jawa Tengah

Jahe sering dimanfaatkan menjadi minuman penghangat tubuh. Kandungan antioksidan pada jahe dapat mencegah radikal bebas, sedangkan kandungan gingerol bisa meningkatkan kekebalan tubuh dari berbagai penyakit. Minuman kesehatan berbahan dasar temulawak juga mengandung antioksidan. Selain itu, temulawak juga mengandung zat anti inflamasi, penawar racun, obat penyakit kulit, dan dapat meningkatkan nafsu makan. Tak heran, minuman dengan perpaduan jahe dan temulawak banyak diproduksi karena kaya akan manfaat.

Kunyit, kapulaga, kencur, dan lengkuas merupakan biofarmaka yang sering dicampurkan ke dalam masakan. Kunyit yang dapat memberikan warna kuning pada makanan, ternyata memiliki beragam manfaat seperti menghentikan pendarahan, mencegah leukimia, sumber antioksidan, dan sebagai obat sakit perut. Kapulaga bermanfaat sebagai penguat rasa pada makanan, mengatasi mulas, sembelit, sakit mulut dan tenggorokan, serta batuk. 

Pemanfaatannya bisa dengan cara diekstrak menjadi cairan, bubuk, biji kering, maupun teh. Kencur yang dapat juga diolah menjadi minuman dapat meningkatkan daya tahan tubuh, serta mencegah dan menghilangkan masuk angin. Lengkuas dapat diolah dengan cara diparut atau diiris lalu diambil sarinya untuk dijadikan minuman kesehatan. Manfaat dari lengkuas adalah mencegah radang, mencegah luka lambung, dan dapat mengobati penyakit kulit.

Dari penjelasan diatas, tampak bahwa biofarmaka memiliki berjuta manfaat. Produksi yang tinggi di Jawa Tengah dan cara pengolahan yang cenderung mudah membuat masyarakat tidak pernah meninggalkan tanaman obat herbal ini, meskipun banyak obat kimia beredar. Di balik kelebihan itu semua, biofarmaka masih perlu dilakukan riset atau penelitian mendalam mengenai bagaimana cara memproses biofarmaka dengan baik. Harapannya, manfaat yang didapatkan bisa lebih maksimal, terutama dari segi kesehatan. Selain itu, dengan angka produksi yang cenderung meningkat setiap tahunnya, biofarmaka diharapkan dapat menjadi komoditas ekspor andalan Indonesia. Dengan demikian, biofarmaka dapat ikut andil dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

Arsdhewani Maria Vianey

Politeknik Statistika STIS

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun