Mohon tunggu...
arry ..
arry .. Mohon Tunggu... -

hanya ingin melihat sesuatu yang aneh, tetapi tidak ingin terlihat aneh....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

MENEPATI JANJI MENJAUHKAN KITA DARI SIFAT MUNAFIK

9 Juli 2012   16:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:08 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam pergaulan sehari-hari kita kerap menyatakan bahwa janji itu adalah hutang, hutang yang harus kita bayar (kerjakan), walau dalam kondisi apapun dan bagaimanapun, apa yang sudah kita janjikan haruslah kita kerjakan sebagai bentuk pertanggungjawaban kita terhadap orang yang kita janjikan dan juga pertanggungjawaban kita terhadap Allah SWT. Bahkan dalam hablum minan nas, tolok ukur kepercayaan dan kepribadian seseorang dapat terlihat dari ketepatan dia melaksanakan janjinya. orang yang bisa dipercaya tidak mungkin dia sering melalaikan janjinya, dan sebaliknya, tidak mungkin orang bisa mendapatkan kepercayaan apabila dia sering melalaikan janjinya.

Allah SWT telah berfirman, Dan penuhilah janji, karena janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya (QS Al-Isra’ ayat 34).

Semua janji yang telah kita ucapkan, hukumnya wajib untuk memenuhinya (mengerjakannya), karena semua itu pasti akan diminta pertanggungjawabannya. pertanggung jawaban ini tidak hanya dari orang yang kita janjikan tetapi juga pertanggung jawaban dari oleh Allah SWT.Allah SWT sangat membenci orang-orang yang melalaikan janji-janjinya dan orang-orang yang mengatakan apa-apa tetapi tidak dikerjakannya. jika dalam kehidupan sekarang ini, orang-orang itu biasa disebut OMDO (omong doang).

Dalam surat Al-Shaff ayat 2-3, Allah SWT berfirman, Wahai orang-orang yang beriman! mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan ? (itu) sangatlah dibenci disisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.

Allah SWT sangat membenci orang-orang yang mudah mengumbar janji tetapi tidak ditepati karena ini merupakan salah satu ciri orang munafik. Pasti kita ingat bahwa sejak kecil kita diajar bahwa janji adalah sesuatu yang suci. "Jangan berjanji bila kamu tidak dapat menepatinya" adalah nasihat yang diturunkan dari orang tua dan leluhur-leluhur kita. Mengapa? karena tidak menepati janji dapat membuat kita kehilangan kepercayaan dari orang-orang yang mengandalkan kita (di sekitar kita). Kita cenderung untuk tidak mempercayai kata-kata seseorang yang tidak dapat atau tidak bisa mewujudkan kata-kata dalam tindakan. Menepati janji adalah bagian dari iman. Barangsiapa yang tidak menjaga perjanjiannya maka orang tersebut sudah menjurus ke dalam kemunafikan dan itu menjadi bukti atas rusaknya hati.

Menurut Hadits yang dituturkan oleh Al-Bukhari dan Muslim, dituturkan dari Abdullah bin ’Amr bin Al-’Ash r.a. bahwasannya Nabi SAW bersabda, ’Ada empat perbuatan, siapa yang melakukannnya, maka dia adalah orang munafik. Barang siapa yang melakukan salah satu dari perbuatan-perbuatan itu, berarti telah melakukan salah satu dari perbuatan munafik sehingga dia meninggalkannya. Yaitu, jika berkata dia dusta, jika berjanji dia melanggar, jika dipercaya dia berkhianat, dan jika berdebat dia melampui batas (ngotot).

Dari hadits tersebut diatas dapat diambil makna, bahwa ciri-ciri orang munafiq ada empat perbuatan, yaitu :

1.Jika berkata dia berdusta.

2.Jika berjanji dia melanggar (tidak ditepati).

3.Jika dipercaya dia berkhianat.

4.Jika berdebat dia melampui batas (ngotot).

Jika kita sudah melakukan salah satu perbuatan dari empat perbuatan diatas, berarti kita sudah melakukan perbuatan munafiq, dan bila kita sudah melakukan empat perbuatan diatas, maka kita sudah termasuk kedalam golongan orang-orang munafiq. orang-orang munafiq akan mendapatkan siksa yang sangat pedih di akhirat nanti.

Memang, berusaha menepati janji, adalah hal yg selalu ingin kita lakukan, dan terkadang banyak hal yang membuat kita berat untuk memenuhinya. Janji bukan sekedar hutang yang perlu dilunasi, tetapi terkandung jaminan kepastian yang menimbulkan harapan bagi semua manusia. Menepati janji adalah cerminan kedewasaan hati dan pikiran. Maka ada petuah bijak yang mengatakan "jangan berjanji jika tak sanggup menepati".

Pada akhir tulisan ini, marilah kita berdo’a, semoga Allah SWT menjauhkan kita dari salah satu perbuatan yang dapat menghantarkan kita kepada kemunafiqanyakni dengan selalu tepat dalam memenuhi janji-janji kita, dan semoga Allah SWT mengampuni segala dosa dan memasukkan kita ke dalam surga. Amin Ya Mujibassa’ilin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun