Mohon tunggu...
Arrum
Arrum Mohon Tunggu... -

berkarya itu sebagian dari kemerdekaan...(seharusnya)...

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Nikmat Kopi, Tinggal Ceritanya

27 April 2010   04:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:33 2381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Mungkin saya hanya kebagian cerita tentang nikmatnya minum kopi oleh para coffeeholic. Betapa tidak, saya tidak tahan minum kopi. Mungkin saya bukan satu-satunya orang yang tidak tahan dengan kopi, tapi ketidaktahanan saya akan kopi cukuplah parah.

Sebagai gambaran, saya ikut menyeruput n**cafe ice dari gelas teman saya dulu saat saya masih kuliah semester akhir di kantin kami. Saya lupa kalo saya tidak tahan dengan kopi, karena memang sudah lama sekali tidak minum kopi. Saya pikir tidak masalah karena hanya sesruputan. Tidak taunya, kejadian itu berujung mual-mual, mau muntah dan sakit kepala. Dan itu adalah kali terakhir lidah saya merasakan nikmatnya kopi. Kalo dipikir ke belakang saya memang jarang minum kopi. Bahkan sebelum saya merasa tidak tahan akan kopi, saya pun jarang minum kopi. Ceritanya demikian, Waktu saya masih kecil, belum ada kopi-kopi instant seperti sekarang. Yang saya tau ya kopi tradisional (bubuk kopi curah) yang bisa diperoleh di pasar, istilahnya beli eceran. Berbagai jenis kopi dijual tanpa merek. Tapi si penjual bisa menunjukkan mana yang bagus mana yang enggak. Kalo saya tidak salah ingat dalam stoples-stoples (tempat meletakkan bubuk-bubuk kopi curah) milik si penjual kopi, tertuliskan angka angka dengan sticker warna orange yang menandakan harga per ons bubuk kopi (kalo nominalnya saya bener-bener gak ingat). Jadi beli kopinya sesuai dengan kebutuhan, mau satu ons, dua ons dst dan bisa memilih jenis A, B atau C yang masing masing memiliki cirikhas tersendiri (kayaknya itu kualias yang pastinya menentukan harga-harga tadi). Dengan jenis kopi jaman itu (bubuk kopi hitam) yang rasanya pahit, kasar di mulut, meninggalkan endapan (tidak nyaman ditenggorokan) dan warnanya gak lazim (menurut saya, la habisnya minuman kok hitam..heheh) membuat Arrum kecil ini tidak begitu tertarik minum kopi. Minum kopi ya hanya sekedarnya, kalo ada yang lagi nyeduh kopi ikut nyruput dikit (hehe...) atau kalo lagi bosan banget minum susu maka susunya dicampur kopi biar gak berasa susu (kala itu saya memang rutin minum susu). Entah kapan mulainya, ketika saya SMA, sudah dikenal kopi-kopi instant macam n**cafe. Kopi yang tinggal seduh (bahkan dengan air hangat pun bisa), berasa enak (ada creamernya), lembut (tidak meninggalkan endapan) dan beraroma harum (khas kopi maksudnya) ini membuat saya sempat merasakan nikmatnya kopi. Saya akui kopi itu memang enak (mungkin yang macam kopi instant ini kalo bagi saya, habisnya gak ribet). Ya, saya sudah buktikan. [caption id="attachment_127700" align="aligncenter" width="300" caption="dok. pribadi"][/caption]

Namun menjelang akhir SMA saya mengalami gangguan lambung alias mag. Gak parah parah banget, tapi pada puncaknya saya mual dan muntah hingga 2 hari (terutama setelah makan). Dan setelah itu saya mendapati bahwa saya tidak tahan bila minum kopi alias bergejala mual dan pusing sesaat setelah ngopi. Beberapa kali saya coba dan saya amat amati selalu saja sepeti itu. Akhirnya saya berusaha untuk tidak tergiur minum kopi, supaya tidak mual dan pusing.

Saya luruskan sebelumnya, penyebab sakit mag saya bukan karena kopi. Saya jamin, sebelum saya kena sakit mag saya tetap jarang minum kopi. Kopi hanya saya minum sekedarnya bukan rutinitas. Walau pada akhirnya saya tidak bilang "tidak suka kopi", tapi itu bukan alasan mengapa saya tidak minum kopi. Satu-satunya alasan mengapa saya tidak ngopi ya hanya karena tidak terbiasa, kasarannya males karena banyak minuman yang lain yang sama enaknya. Dan peristiwa di kantin kampus bersama teman saya itu adalah benar-benar minum kopi yang terakhir buat saya. Mungkin sudah sekitar 3 tahun ini saya tidak pernah lagi minum kopi walau hanya mencicipi. Namun demikian saya tidak alergi atau anti kopi, malah saya masih bisa menikmati aroma kopi saat teman-teman saya menyeduhnya. Tergiur ngopi, tetep enggak...hehe...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun