Mohon tunggu...
ARIF ROHMAN SALEH
ARIF ROHMAN SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Roh Kurikulum Merdeka, Peran Guru dan Manfaat bagi Siswa

3 September 2022   04:48 Diperbarui: 4 September 2022   01:26 3072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak sekolah. Sumber: stokpic on pixabay.com

Tahun 2022, Republik Indonesia genap berusia 77 tahun. Usia sebagai bangsa yang tidak lagi muda. Banyak makan garam kehidupan. Mampu bertahan dari gempuran gelombang revolusi yang tak pernah usai.

Era globalisasi semakin penting untuk menyadarkan dan menguatkan jati diri sebagai satu bangsa berdaulat. Bangsa bijak yang mampu bertindak secara global dan tetap teguh pada kearifan lokal (think globally act locally). 

Dinamika global yang ditandai semakin kuatnya pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat dihindari. Memberikan keuntungan dalam banyak sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Tetapi, juga akan mampu meruntuhkan moralitas bangsa jika tidak mampu diantisipasi dampak negatifnya.

Fenomena dinamika global inilah yang ditangkap Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk dimasukkan dalam muatan Kurikulum Merdeka. Memberi arah bagi pemangku dunia pendidikan memikirkan secara bersama nasib penerus bangsa. Generasi yang nantinya mampu bersaing secara global dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila di masyarakat.

Lantas, apa roh Kurikulum Merdeka dan apa manfaatnya bagi siswa? Menjadi pokok pertanyaan yang implementasinya akan serentak di tahun 2024. Sebab tahun 2024 adalah tahun "dimungkinkannya" Implementasi Kurikulum Merdeka secara nasional.

Pada tataran implementasi, roh Kurikulum Merdeka adalah pembelajaran berbasis proyek. Memberi peluang peserta didik bekerja secara otonom dalam mengkonstruksi belajarnya.

Goodman dan Stivers (2010) mendefinisikan Project Based Learning (PjBL) sebagai pendekatan pengajaran yang dibangun di atas kegiatan pembelajaran dan tugas nyata yang memberikan tantangan bagi peserta didik yang terkait dengan kehidupan sehari-hari untuk dipecahkan secara berkelompok.

Kata kunci dari pembelajaran berbasis proyek di antaranya: (1) pembelajaran dengan tugas kelompok yang menantang; (2) konten pembelajaran terkait dengan kehidupan sehari-hari di lingkungan; dan (3) mengembangkan kolaborasi dan pemecahan masalah.

Lantas, bagaimana peran guru untuk mengimplementasikan roh Kurikulum Merdeka? Patut menjadi catatan dan tantangan mengingat banyak pihak masih meragukan kompetensi guru dalam mengimplementasikan roh Kurikulum Merdeka.

Keraguan kompetensi guru mengimplementasikan roh Kurikulum Merdeka terkait dengan "mindset tidak mau berubah". Sebab "masih banyak guru" menerapkan model pembelajaran gaya lama. Ceramah dari membuka hingga menutup pembelajaran. Bahkan siswa dipaksa CBSA (Catat Buku Sampai Akhir).

Senyampang baru meninggalkan bulan kemerdekaan, sepatutnya implementasi Kurikulum Merdeka dapat mengubah mindset model pembelajaran guru dari gaya lama ke pembelajaran berbasis proyek. Sehingga pembelajaran berbasis proyek dapat memberikan manfaat bagi siswa di antaranya:

Pertama, membiasakan siswa mengenal masalah. Harapannya, siswa mendapatkan pengalaman belajar untuk berpikir kritis. Mampu mengamati, menghubungkan fenomena alam, dan menemukan solusi terbaik terhadap masalah yang ditemukan dan atau dihadapi.

Kedua, siswa terbiasa menyusun rancangan proyek. Dalam merancang proyek dibutuhkan kolaborasi antar siswa untuk menemukan dan menyusun rancangan proyek baik oleh siswa dan atau atas bimbingan guru. Harapannya, akan memunculkan pola berpikir sistimatis dan kritis (critical thinking), mengembangkan kreativitas (creative), mampu bekerjasama (collaboration), dan mengkomunikasikan (communication).

Pembelajaran berbasis proyek membutuhkan instrumen terkait teknik pengumpulan data. Apa, kapan, dimana, siapa, mengapa, dan bagaimana proyek diterapkan harus didasarkan rencana kerja terstruktur dan implementatif. Sehingga target proyek  dan capaian pembelajaran dapat terwujud secara efektif dan efisien.

Ketiga, siswa terbiasa melaksanakan dan memonitoring proyek. Pelaksanaan proyek terkait dengan kemampuan analisis, sikap berbagi, mengembangkan komunikasi, pengambilan keputusan, dan kemampuan memanfaatkan media dalam kelompok kerja. Sistem kerja kolaboratif dan analisis komprehensif jelas akan didapat sebagai pengalaman berharga bagi siswa dengan penerapan pembelajaran berbasis proyek.

Keempat, siswa mahir mengolah hasil proyek dalam berbagai bentuk. Proyek yang telah dilaksanakan bisa disajikan dalam bentuk laporan tertulis (artikel, kliping, buku), audio (rekaman suara), dan atau audio visual (rekaman video).

Kesemuanya masih dapat dikembangkan dengan mengeksplorasi kreativitas dalam bentuk karya tulis atraktif berbantu aplikasi teknologi, mading 3 dimensi, maupun bentuk lain inovasi. Semoga

Referensi: 1, 2   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun