Mohon tunggu...
ARIF ROHMAN SALEH
ARIF ROHMAN SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mantan Walikota yang Insaf?

9 Desember 2021   16:03 Diperbarui: 9 Desember 2021   16:14 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mantan walikota yang insaf. Sumber: OpenClipArt-Vectors on pixabay.com

Benar kata senior, kalau menjalani diklat (pendidikan dan pelatihan) prajabatan untuk CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) tidak perlu membawa alat dan bahan untuk keperluan mandi. Hanya menambah beban barang bawaan. Bawa saja seragam dan baju yang dibutuhkan seperlunya. Sebab di tempat diklat terdapat toko atau koperasi yang menjual keperluan keseharian. Termasuk kaos, sandal, kemeja, sisir, sapu tangan, dan kebutuhan lainnya.

Siang saat tiba di tempat diklat, sinar matahari terasa menyengat dan hawa gerah menyergap. Memaksa sebagian peserta diklat yang baru tiba segera ke kamar masing-masing dan ingin mandi siang. Secepatnya aku menuju koperasi. Bermaksud membeli handuk dan keperluan untuk mandi. 

Di koperasi, suasana cukup ramai dengan wajah-wajah mulai kuyu. Maklumlah, sebagian besar peserta diklat berasal dari luar kota yang cukup jauh. 

Aku mengambil handuk, sabun, shampoo, sisir, sikat dan pasta gigi. Tidak lupa juga memasukkan sandal jepit, tiga kaos, dan dua celana pendek ke dalam keranjang belanja. 

Saat antri ingin membayar di kasir, ada seorag lelaki umur enam puluh tahun lebih yang ingin membayarkan. Bukan aku saja yang ingin dibayarkan, semua yang ada di koperasi saat itu ingin dibayarkan.

Aku tidak segera mendekat ke kasir, tetapi memilih lebih mendekati lelaki dermawan. Pikiranku langsung dipenuhi tanda tanya, mengapa lelaki yang sudah ada di samping kiriku begitu baik hatinya. Aku sempatkan ngobrol dan bertanya. Dari obrolan singkat, ke luar pengakuan jujur bahwa lelaki ini insaf karena telah banyak melakukan korupsi sewaktu menjabat walikota. 

Untuk menebus dosanya, lelaki mantan walikota selalu membagikan hartanya bagi orang-orang yang membutuhkan. Termasuk membayarkan uang pembelian atau belanjaan orang-orang yang ia temui di warung, toko, dan koperasi. 

Aku segera pamit dengan santun. Mengembalikan lagi barang-barang yang sudah aku masukkan keranjang. Menyelinap ke luar gedung koperasi tanpa sepengetahuan lelaki mantan walikota yang sekarang menjadi widyaiswara itu.

   

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun