Mohon tunggu...
ARIF ROHMAN SALEH
ARIF ROHMAN SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Sang Pengelana

31 Juli 2021   09:55 Diperbarui: 31 Juli 2021   10:16 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Sammy-William on pixabay.com 

Seorang pengelana tak mengenal lautan. Dijejakkan kakinya, saat rerumputan dikeringkan, dan asap-asap sebagian berpulang.

Ada banyak pilihan. Di bilik pembuka sang matahari, pilihan-pilihan membutakan. Ke arah istana lautan, kesepian membentengi kesendirian, setahun tak hilang-hilang.

Saat punggung mulai terasa berat. Sedang nikmat selalu menari-nari di sepanjang derak perjalanan, arah bilik matahari kembali merebahkan pilihan permulaan kehidupan. Sayang, tak sampai setahun hembusan keinginan menuliskan selamat tinggal.

Ke kutub utara, biduk dikayuh dalam kebimbangan. Menemukan kebisuan-kebisuan, dan malam menjadi begitu menakutkan.

Pengelana telah mengenal lautan. Dijejakkan kakinya di atas hamparan kesendirian. Dan malam, hanya Tuhan yang ia harapkan. Di tengah-tengah hening yang masih membutakan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun