Seorang pengelana tak mengenal lautan. Dijejakkan kakinya, saat rerumputan dikeringkan, dan asap-asap sebagian berpulang.
Ada banyak pilihan. Di bilik pembuka sang matahari, pilihan-pilihan membutakan. Ke arah istana lautan, kesepian membentengi kesendirian, setahun tak hilang-hilang.
Saat punggung mulai terasa berat. Sedang nikmat selalu menari-nari di sepanjang derak perjalanan, arah bilik matahari kembali merebahkan pilihan permulaan kehidupan. Sayang, tak sampai setahun hembusan keinginan menuliskan selamat tinggal.
Ke kutub utara, biduk dikayuh dalam kebimbangan. Menemukan kebisuan-kebisuan, dan malam menjadi begitu menakutkan.
Pengelana telah mengenal lautan. Dijejakkan kakinya di atas hamparan kesendirian. Dan malam, hanya Tuhan yang ia harapkan. Di tengah-tengah hening yang masih membutakan.