Mohon tunggu...
ARIF ROHMAN SALEH
ARIF ROHMAN SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Kotoran Politik

1 Juni 2021   07:39 Diperbarui: 1 Juni 2021   09:59 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bingung. Sumber: Hier und jetzt endet leider meine Reise auf Pixabay aber on Pixabay.com

Adalah kewajaran mengambil saripati dan membuang ampas-ampas kehidupan. Untuk apa? Agar kehidupan menemukan makna dan berjalan sesuai kodrat lahiriah. Tidak menumpuk beban. Tidak pula terkubur dalam kubangan "kematian-kematian".

Lalu, engkau memoles lebih makna kematian menjadi sebuah "Tata cara kehidupan di lingkungan".

Ada "banyak diam". Ada sedikit gelengan. Jalan tengah pertukaran otak kiri dan otak kanan menetaskan gagasan-gagasan. Subyektifitas menemukan logika sebagai keranjang buah tangan kebersamaan.

Waktu menggelinding dan hanya Ilahi Rabbi yang mampu menghentikannya. Sementara keranjang buah tangan, telah menunggui ampas-ampas kehidupan bertransformasi mewujud "kotoran politik".

Diam lebih baik. Sebab lubang-lubang kematian telah dipersiapkan. Apakah kau ingin menegasikannya?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun