Mohon tunggu...
ARIF ROHMAN SALEH
ARIF ROHMAN SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ilmu Pelet Kembang Kanthil

1 Oktober 2020   13:16 Diperbarui: 2 Oktober 2020   14:17 1276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelet Kembang Kanthil. Sumber Gambar : pixabay.com. Diolah lebih lanjut oleh penulis.

Pukul 01.00 rasa kantuk menyergap Harsa. Serasa berat kelopak mata diajak menatap satu bunga kanthil yang masih mengapung. Diliriknya Bu Rosminah.

Aneh! Gaun Bu Rosminah berubah. Awalnya berwarna hitam, berubah putih bersih. Wangi kembang kanthil menyeruak ke segala ruang kamar. Seiring bunga kanthil ketiga tenggelam.

Harsa menghampiri Bu Rosminah, tetapi perempuan paruh baya itu menggeliat. Nampaklah sosok perempuan lain. Perempuan paruh baya nan cantik. Tapi, bukan Bu Rosminah. Perempuan semampai yang pernah Harsa lihat sewaktu di rumah Bu Rosminah.

Harsa salah tingkah. Namun, sepatah kata tak mampu diucapkan. Perempuan itu tersenyum. Melambai mesra. Mengajak Harsa tidur di sampingnya.

****

"Ingat Harsa. Semua yang kita alami, bagian dari perjanjian. Jangan sekali-kali kau langgar, jika kau ingin tetap dicintai Licia. Paham maksudku?"

"Paham Bu Ros" Jawab Harsa singkat. Sembari memandang mesra Bu Rosminah.

"Harsa. Cukup sebulan sekali kau menemuiku. Itu saja. Apa ada yang ingin kau sampaikan lagi?"

"Sementara cukup. Kalau Bu Rosminah butuh uang, kontak saja di nomor yang aku berikan. Jangan sungkan"

Bu Rosminah tersenyum, dan segera beranjak masuk rumahnya. Harsapun segera pulang. Sepanjang perjalanan, bayangan perempuan yang semalam hadir seakan menemani perjalanan Harsa. Perjalanan serasa indah dan singkat.

Setibanya di depan pagar rumahnya yang menjulang, Harsa kembali dibuat kaget. Dadanya serasa naik turun cepat. Degup jantungnya juga cepat. Bukan karena sosok perempuan semampai kembali hadir di depan pintu pagar Harsa. Tetapi, sosok wanita muda yang sangat Harsa harapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun