Mohon tunggu...
ARIF ROHMAN SALEH
ARIF ROHMAN SALEH Mohon Tunggu... Guru - SSM

Menyenangi Kata Kesepian dan Gaduh

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Milenial, Pandemi, dan Momentum Kendali Sejarah

22 September 2020   10:16 Diperbarui: 23 September 2020   14:08 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petugas pemakaman membawa peti jenazah pasien suspect virus corona atau Covid-19 di TPU Pondok Rangon, Jakarta Timur, Kamis (9/9/2020). Petugas administrasi TPU Pondok Ranggon mengatakan saat ini jumlah makam yang tersedia untuk jenazah dengan protokol COVID-19 tersisa 1.069 lubang makam, dan diperkirakan akan habis pada bulan Oktober apabila kasus kematian akibat COVID-19 terus meningkat. (Foto: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Pandemi korona jelas ada. Sudah sekian banyak korban meninggal dunia. Dikubur dalam suasana sepi, menambah kesunyian rasa keluarga yang ditinggalkan. Sudah sekian juta orang terpapar di seluruh permukaan bumi yang tak terbantahkan.

Namun, di balik tragedi yang nyata, kaum milenials masih sedikit yang mampu menempatkan diri sebagai agent of change. Sedikit yang mampu menjadi penggerak perubahan mental. Hanya segelintir yang mampu mengedepankan karakter bangsa nan tangguh dari gempuran dinamika global dan lokal. Mengambil posisi aktif sebagai penggerak dan pengawal protokol kesehatan.

Tengok, betapa kerumunan di tempat-tempat publik adalah kaum muda-mudi. Mereka bebas mengekpresikan diri dengan tidak mempedulikan himbaun protokol kesehatan. Menjadi generasi kontra produktif. Membangkitkan kegeraman dari berbagai pihak atas sikap ketidakpedulian yang mereka tunjukkan.

Pemerintah di tingkat pusat dan daerah dibuat kalang kabut. Hingga berbagai cara dilakukan untuk membuat mereka dapat “Menggunakan Akal Sehat”. Langkah preventif dan kuratif masih belum menunjukkan hasil. Efek jera seakan seperti gelombang laut. Pasang surut dipermainkan dalam musibah yang semakin membola.

Miris memang. Dalam kondisi bangsa dan negara yang tertekan, seharusnya kaum milenials ada di garis depan sebagai prajurit handal. Ikut bertempur membendung dan melenyapkan virus korona. Tapi apa kenyataannya? Hanya segelintir yang ambil bagian.

Seharusnya, entah dengan cara apapun, mereka ambil bagian sebagai “agent of change”. Komunitas pemuda, mahasiswa, dan pelajar jangan hanya diam saja dan bahkan merecoki kepentingan bangsanya. Inilah momentum. Inilah saatnya Anda ikut ambil bagian di “Revolusi Sejarah Bangsa”. Kalau tidak sekarang, kapan lagi?

Di tengah keterbatasan, hanya semangat juang yang mereka andalkan untuk mempertahankan kemerdekaan. (Sumber: hobbymiliter.com)
Di tengah keterbatasan, hanya semangat juang yang mereka andalkan untuk mempertahankan kemerdekaan. (Sumber: hobbymiliter.com)
Sekali lagi, di sinilah momentum. Kaum muda, kaum yang memiliki energi berkobar-kobar, semangat yang menyala-nyala, meneladani dan mengambil peran penting pemuda-pemuda Indonesia yang dibesarkan oleh api revolusi

Api yang tak kan pernah padam di berbagai jaman. Mengambil kendali sejarah. Menyongsong Generasi Emas 2045. Menuju 100 Tahun Indonesia Merdeka. Semoga.

Rujukan: covid19.go.id | kompas | detik.com | merdeka.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun