Mohon tunggu...
Angga Rizky Pratama
Angga Rizky Pratama Mohon Tunggu... -

Currently working in NHUDC. It's one nil to the Arsenal.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

1st Post: Rather than Blink

15 Agustus 2012   03:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:45 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Just join to this site, hello everyone! Semoga anda pagi ini tidak sedang bernegosiasi dengan si coklat ataupun menghadapi situasi genting,  ingin buang air tapi kamar mandi di kosan anda sedang full occupied. Selamat menikmati kopi pagi anda (bagi yang sedang tidak berpuasa) Wish i could join y'all.

Told you, tidak semua orang yang hidup dan beraktivitas di Jakarta, bukan semata- mata karena ambisi pribadinya menaklukan ibu kota seperti artis- artis dangdut. Tapi juga ada yang berupa hasil dari sebuah janji yang tidak ditepati (it ussually happenned to the Fresh Graduate who just start climbing their "tree of dream"). Hahaha, well thats not the point. But, you cant blame those fellas who got cheated by their company's HRD. Setelah sekitar 5 bulan sayapun merasakan efek dari penipuan itu, sayapun mulai terbiasa dengan kehidupan kota ini.

Jakarta keras? I dont think so. Harsh or soft is based on how we interpreted the stuff we've been facing. Jakarta panas? Gw setuju banget sama ini hehehe, migrasi dari kota nan indah dan sejuk (baca: Bandung) menuju ke kota nan panas dan polutif (baca Jakarta) memang membutuhkan adaptasi yang ekstra, parka & harrington yang gw bawa nampak hanya menjadi sarang nyamuk di kamar, jika dipake malah menjadi buah simalakama seperti Joey Barton saat masih di Newcastle.  Jakarta macet? Hah thats absolutely definitely right, you prick. MAW Brouwer, ketika mengunjungi Bandung berucap bahwa "Tuhan menciptakan tanah priangan sembari tersenyum" ya, Pastur sekaligus Psikolog itu memang benar. Apakah dia pernah ke Jakarta pula? Mungkin "Tuhan menciptakan Jakarta sembari ngedumel" will be fit on this Indonesian Capital circumstance.

Mengambil topik diatas, kata kemacetan adalah asosiasi yang begitu best-friendly dengan kota ini. Seperti asosiasi budeg ataupun telat merespon yang diasosiasikan dengan pelawak yang terkenal dengan behaviour seperti itu (ah, bolot lu) mungkin di medio tahun 2070an kita akan menemukan cucu & cicit kita ketika terjebak dengan kemacetan, mengistilahkannya "ah jakarta lagi, jakarta lagi". "maaf bu, saya telat, soalnya di jalan jakarta banget". Sedikit berlebihan memang, tapi dengan kultur Indonesia yang seperti ini? we'll see 58 years later.

Pada bulan puasa seperti ini, kemacetan semakin menjadi, ya dimana- mana memang seperti itu, orang- orang begitu bersemangat untuk segera tiba di rumahnya dan berbuka puasa bersama keluarganya, di setiap harinya (that was really sweet and worth it, am fookin envy. Tapi yakan pengen cepet nyampe rumah bukan berarti nyerobot jalur busway juga kali. Malah jalur busway lebih tersendat dibanding jalur reguler. Ya, dimana- mana juga yang curang pasti dapet karmanya (dengerin tuh suk)

Keanehan dimulai hari Senin, 13 Agustus 2012. Tidak seperti biasanya, saya pulang melewati jalan Panjaitan tidak begitu macet, padat, tapi untuk ukuran Jakarta sore itu mungkin masuk 10 besar  jalan terlengang. Dan begitupun beberapa hari selanjutnya hingga hari ini, yang saya kira sudah memasuki Kamis. It's just my thought, sepertinya kebanyakan penghuni Jakarta mengambil cuti lebih awal dan pulang ke kampung halaman masing- masing terlebih dahulu, sehingga volume kendaraan disini menjadi berkurang karena terurai di tempat- tempat lain (dan mungkin malah menumpuk di Kota lain) Well, dengan asumsi seperti itu, penghuni Jakarta kebanyakan adalah perantau (dan memang kenyataannya seperti itu, dengan variatifnya logat tiap individu di kota ini). Ya, bisa tiba lebih cepat di kosan juga merupakan sebuah berkah di bulan Ramadhan.

Saya hanya membayangkan akan begitu hecticnya lalu lintas pada hari minggu tanggal 26, dan rabu tanggal 22. Arus balik akan menyerang Jakarta. Ya sudahlah, hanya satu tahun sekali pula hal- hal seperti ini terjadi, toh ini pula merupakan sebuah budaya yang begitu khas dengan masyarakat Indonesia. Pertanyaannya sekarang, sampe kapan pusat-pusat pemerintahan dan pusat bisnis akan ditempatkan terus di satu kota? Well, efek domino dari penguraian pusat pemerintahan & bisnis dengan kemacetan pasti akan signifikan. Next, apakah stakeholders dan para pengambil keputusan mau membuat riset dan sedikit berkorban? hehehe we'll see about ten years to go.

See you on another post, mates! Semoga kita bisa belajar untuk tidak selalu menyatukan telur dalam satu bucket yang sama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun