Mohon tunggu...
Arpan Parutang
Arpan Parutang Mohon Tunggu... Programmer - Sanggar Belajar Pegaxus

a man who never want to sell the world..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

..jadi Guru SD..

4 Februari 2010   17:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:05 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

ini adalah salah satu log pada kumpulan2 pengalaman yang kutulis..ini cerita tentang bagaimana aku menjadi seorang guru sekolah dasar pertama kali...dan sayangnya tidak bisa bertahan lebih dari 1 tahun..

Just wanna share it..semoga ada manfaatnya....

..jadi guru SD….seru my men....pekerjaan ini kujalani sudah 3 bulan terakhir, sejak november tahun 2006,  sebernarnya mengasikkan hanya saja semakin lama pekerjaan mengajar semakin membuatku jenuh. Mungkin ada yang salah dalam metodeku, karena jurang antara apa yang ku ajarkan dan apa yang dipahami anak-anakku sangat berbeda jauh. Apalagi di SD tempatku mengajar.

Satu bulan pertama, emosi itu masih ada, aku masih merasa enjoy dengan pekerjaan ini, namun lama-lama kebosanan mulai datang, dan ada sedikit rasa putus asa, karena ketidak mampuan anak-anak menyerap apa yang kusampaikan. Sebenarnya ini tantangan, tapi aku merasa lebih ke arah kegagalanku untuk mengajar. Dan biasa….jika sudah berhadapan dengan kegagalan yang ada adalah kemalasan. Bahkan akhir-akhir ini, aku mulai berfikir untuk lari dari kenyataan gagal ini.

Sebenarnya aku mulai merasa kalo metodeku salah besar, buku yang kubaca tentang teknik mengajar mungkin memang tidak cocok dengan lingkungan mengajarku. Anak-anak yang kuhadapi tidak seterbuka anak-anak yang jadi contoh dalam buku tersebut atau minimal seperti film - film yang ku tonton, sehingga sangat susah untuk orang dengan latar belakang tanpa pengetahuan tentang psikologi mengajar sepertiku untuk menyelaminya.

Disamping itu, komunikasi yang kadang tidak terarah membuatku sulit untuk menyesuaikan emosi dengan anak-anak muridku. Hal ini diperparah dengan kondisi fisikku yang semakin lama, semakin lemah. Aku tak kuat lagi untuk berteriak dan membangun emosi belajar seperti 2 tahun lalu.

Tentang sekolahku yang baru itu, aku belum tau banyak…tapi asumsi buruk mulai terbentuk dibenakku. Sama seperti sekolahku yang dulu di tangerang, dan sekolahku yang lain di  sini, sulit mencari orang yang memang benar-benar senafas untuk mendidik. Aku ingin menjadi beda, tapi yang kudapat..aku hanya menjadi buih di lautan mental-mental pendidik yang mungkin tidak ingin mendidik, menjadi bisik tentang jam mengajar tepat waktu di tengah kegaduhan proyek renovasi sekolah, menjadi titik pada laporan penggunaan dana BOS yang manipulatif...

Sekarang guru memang telah dianggap profesi, dan hakikat dari profesi adalah pekerjaan yang harusnya menunjang kehidupan dari segi ekonomi dan tapi guru  adalah panutan yang paling berhati nurani dari semua jenis manusia…hanya sayang hal ini belum kulihat dari banyak guru atau yang menyebut dirinya guru….dan busuknya, ini adalah penyakit menular, bisa menulari siapa saja yang berkecimpung di dunia pendidikan ini…..termasuk aku...

i miss u so much...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun