Mohon tunggu...
Arolina Sidauruk
Arolina Sidauruk Mohon Tunggu... Pengacara - Waktu itu sangat berharga

Bagai menegakkan benang basah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ternyata Toleransi Beragama Itu Masih Ada

3 Juni 2023   21:08 Diperbarui: 3 Juni 2023   21:18 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto dokpri dan indonesiana.id

Tanggal 3 Mei 2023 yang lalu, Ibu saya meninggal dunia dalam usia 90 tahun. Sesuai dengan adat batak , Ibu disemayamkan dirumah selama 4 ( empat) hari, kenapa lama sekali? Ya...wajar pertanyaan itu dialamatkan kepada kami. 

Pertama dalam waktu yang hampir bersamaan salah seorang anggota Sarikat dikampung kami ( semacam Perkumpulan  Tolong Menolong ) menikahkan anaknya keluar kota, tentu sangat berpengaruh ke acara adat Ibu kami, hari berikutnya  seorang Ipar kami pun mengadakan  acara Pra Nikah  (partumpolon) keluar kota juga. tentu kami harus mengalah, sebab kedua acara tersebut sudah jauh- jauh hari mereka rencanakan,   karena sangat tidak mungkin acara adat ibu kami tidak dihadiri para orangtua / Tokoh  masyarakat  yang ada dikampung kami. Begitu lah bentuk toleransi yang kami jalankan selama ini terhadap kumpulan - kumpulan sosial di lingkungan kami tinggal.

Hari Kamis tanggal 3 Mei 2023  pukul 15.00 WIB disaat Ibu meninggal dunia di rumah sakit terdekat, saya sangat terpukul sekali, tidak menyangka almarhumah ibu saya akan pergi secepat itu, hanya seminggu merasakan sakit karena terpeleset dirumah.  

Para tetanggapun  datang membantu kami membereskan rumah, memindahkan pot-pot bunga dan perabotan pada tempatnya, Saya tidak menduga mereka akan ikhlas membantu kami, sementara Ibu masih diformalin dirumah sakit.  memasuki usia 80 tahun, ibu tidak mau lagi pergi mengunjungi anak-anaknya yang hampir semua berada di Jakarta, Bogor dan Bekasi. 

Hingga akhir hayatnya ibu tinggal bersama kami. Hubungannya dengan artikel ini adalah hal penting yang harus saya sampaikan, yang mungkin bagi sebagian orang menganggap biasa dan sepele. bahwa toleransi dan keberagaman itu masih terasa di kota kami Pematangsiantar, terutama di Lingkungan kami. moment tersebut sayang dilewatkan,  para tetangga kami silih berganti menjenguk/ melihat ibu  sehingga  membuat kakak-kakak saya terkagum-kagum dan salut melihat mereka. "Si oppung baik dan ramah" kata mereka,  saya juga mendengar bocoran dari tetangga sebelah   mengatakan hal yang sama tentang  saya, ternyata mereka punya penilaian tersendiri terhadap kami.

Berdasarkan pengalaman diatas, saya ingin sedikit mengulik arti dari Toleransi. Tentu kapasitas saya tidak untuk menggurui. Siapapun diantara kita pasti paham arti dan tujuan Toleransi. Toleransi saya artikan adalah sikap saling menghargai, menerima, serta menghormati keberagaman budaya dan perbedaan berekspresi.   Hal tersebut dapat pula kita temukan masing-masing dalam Kitab suci yang kita yakini.Toleransi beragama memiliki arti sikap lapang dada  untuk menghormati dan membiarkan pemeluk agama untuk melaksanakan Ibadah mereka menurut ajaran dan ketentuan agama masing-masing. 

Toleransi adalah suatu perbuatan yang melarang diskriminasi terhadap kelompok atau golongan yang berbeda. Toleransi ini biasanya terlihat jelas pada Agama (keyakinan). Sikap toleransi yang tumbuh dari masing-masing individu dapat memberikan nilai tersendiri apabila terjun langsung ke masyarakat. 

Sebagai informasi, bahwa kehidupan beragama  di komplek kami  sangatlah harmonis, kami saling menghargai satu sama lain, keberagaman kami seimbang, bila tetangga ada hajatan, mereka tidak lupa mengundang, demikian pula ketika ada tetangga yang meninggal dunia, kami saling mengunjungi dan menunjukkan rasa simpati. 

Bentuk toleransi yang pernah saya jalankan adalah ketika   seorang tetangga didepan rumah kami  meninggal dunia, kami tidak sungkan membuka gerbang rumah buat parkiran para pelayat. Demikian juga   sebaliknya, kami saling  membantu apa yang dikira perlu untuk acara hajatan tersebut. hanya saja batasan yang perlu kita hormati adalah menjaga lingkungan agar tetap nyaman, karena biasanya adat dan budaya yang kita lakoni juga menunjukkan keberagaman, apalagi Suku Batak sangat identik dengan musik dan lagu. Sehingga kami harus bisa mengkondisikan situasi. 

Bentuk toleransi yang lain adalah kami tidak merasa terganggu dengan suara-suara azan yang dikumandangkan dari Mesjid. Karena lingkungan kami juga dikelilingi beberapa Mesjid. Justru kami sudah terbiasa dan menjadi kan hal itu Alarm buat kami untuk melaksanakan aktifitas. 

Kami juga bebas beribadah dirumah kami umat Kristiani yang kami laksanakan seminggu sekali ( Partangiangan ) atau kalau boleh disamakan dengan acara Wirit bagi  saudara kaum  Muslim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun