Mohon tunggu...
Arnold C.Turang
Arnold C.Turang Mohon Tunggu... Petani - Bersama Merawat dan Pelihara Bumi Rumah Kita Dengan Bermartabat

Serva Ordinem et Ordo Servate - Verba volant Scripta manent

Selanjutnya

Tutup

Money

KNPI Gandeng Dinas Pertanian Sulut Gelorakan Gerakan Ayo Ba Ko'bong

16 Januari 2022   07:00 Diperbarui: 16 Januari 2022   07:49 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Kegiatan Panen Jagung JH-37 di Minahasa Utara (By Bid-Luh)

Ayo "Ba Ko’bong", dalam dialek Manado berarti ‘berkebun’. Suatu semangat para tua Minahasa tempo dulu, dalam kegiatan mengelolah sumber daya alam Minahasa di Zaman itu. Semangat itu, satu kebanggaan para muda, ketika di tanya: “Kerja Apa”!. dijawab “Ba ko’bong” (berkebun). Artinya orangnya rajin.

Bagi orang Minahasa zaman itu, orang yang sukses, adalah orang yang rajin berkebun. Karena saat itu, satu hal yang pasti hanya orang yang rajin berkebun yang penuh lumbung-lumbungnya di rumah. Dan orang yang ba ko’bong, berarti memiliki lahan yang besar. Dan orang seperti itu, stratanya cukup baik. Apa lagi saat itu, bila kebun yang disebutkan adalah pertanaman cengkeh, pala dan kelapa. Pasti orangnya, adalah orang terpandang di kampong dan hebat.

Semangat itu, membuat lahan-lahan orang tua dahulu di Minahasa terpelihara dan terjaga. Karena tetanaman tumbuh baik di ladang. Entah itu pangan, hortikultura dan apa lagi tanaman perkebunan. Tidak jarang di zaman itu, para seniman mudah mengubahkan lagu seperti syair “Oh Minahasa”.

Lagu ini mengambarkan kondisi daerah Minahasa saat itu. Dimana sebagai orang Minahasa, bangga dengan kekayaan alamnya, yang indah dan subur. Kilas balik: seperti kesaksian Gubernur Pieter Rooselar (1706) dalam Minahasa Tempo Dulu oleh HB.Palar (2009): tanah Minahasa subur. Menghasilkan padi, kacang buncis, Mi’lu (Jagung), babi, yang dibudidayakan penduduk.

Dan tanah Minahasa, saat itu masih dikenal Landstreek van Manado. Itu sudah di gadang menjadi gudang makanan (brood Kamer) untuk Ternate/ Maluku. Sehingga ‘harus dipertahankan’, karena dipandang pusat logistic bagi Kompeni. Kata salah satu pejabat Compeni yang bermarkas di Ternate, masih dalam buku Minahasa Tempo Dulu.

Bahkan saat itu digambarkan, bagaimana Minahasa masyur di Nusantara. Itu karena tanaman cengkeh, pala dan kelapanya. Bahkan kekaguman itu, karena sampai mengukir di tingkat dunia. Menurut percakapan langsung dengan H.B.Palar, budayawan penulis Minahasa Tempo Dulu; dimana pada tahun 1819, Minahasa sudah dapat mengirimkan kopi terkenal ke Eropa, itu dari perkebunan Masarang dan kota Mobagu.

Apresiasi, dengan gagasan Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) Olly Dondokambey, SE. yang menggemakan kembali semangat para leluhur Minahasa di zamannya. Untuk membakar semangat para muda Sulut kini, dengan semangat “Mari Ba Ko’bong” (berkebun). Fakta nyata, papar Kadis Pertanian Sulut, Ir. Novly Wowiling, M.Si. terpaan Corona Virus sejak Tahun 2019, sector pertanian Sulut berkontribusi positif terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Sulut.

Karena Gerakan Ba Ko’bong dalam program Operasi Daerah Selesaikan Kemiskinan (ODSK) di Sulawesi Utara, Pertanian Sulut berkontribusi 23 persen. Dan untuk Nilai Tukar Petani (NTP) naik 100, kata Kadis Pertanian saat Diskusi awal tahun dengan para Penyuluh Pertanian Sulut (14/01).

Wowiling salud dan apresiasi, bagi generasi muda Sulawesi Utara yang tergabung dalam: Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Sulawesi Utara. Gagasan Bung Rio Dondokambey, menggandeng Dinas Pertanian Provinsi Sulut, dalam menggerakkan pertanian di Sulut untuk milenial dengan “Mari Ba Ko’bong”. Hal ini, pasti akan berkontribusi positif bagi ekonomi Sulut. Apa lagi, bila gemanya itu, terus diimplementasikan sampai tingkat kabupaten kota.

Lanjut Novly, bahwa dengan kondisi petani kita saat ini yang sudah sekitar 80 persen usia Lansia (lanjut Usia), ajakan “Mari Ba Ko’bong” ini, bagi Millennial sangat tepat. Fenomena semakin berkurangnya angkatan muda dalam kegiatan usahatani, bisa berdampak buruk bagi Sulut, bila tidak disikapi. Millennial harus menangkap kemudahan di era Revolusi Industri 4.0,. Dimana pekerjaan otot petani semakin berkurang, karena sudah dipindahkan dalam alat (Artivisial Intelektual) atau smart agruculture.

Di tempat lain, Ferry Roring selaku kepala Bidang Penyuluhan saat dikontak via Whats Apps, menjelaskan bahwa: “para penyuluh pertanian Sulut, tentu akan siap mendampingi dan menfasilitasi para muda dalam giat Mari ba Ko’bong”. Bagi millennial yang bergiat dalam usahatani, pasti akan didampingi para penyuluh yang sudah ada di lapangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun