“Saya heran dengan Opa. Melatih sama sekali ‘tidak ada duitnya’. Jiwanya memang sudah di sepak bola,” ujar Koh A Lai, kerabat dekat Opa Hen.
Dua pertandingan semifinal leg kedua Piala Presiden yang dilangsungkan di Bandung dan Malang diawali prosesi mengheningkan cipta. Keduapuluh dua pemain dari masing-masing tim membentuk lingkaran dan menyatakan turut berduka cita dari lapangan hijau dengan menaikan doa bersama dengan ribuan penonton yang hening sejenak. Untuk siapa? Untuk mantan pelatih legendaris Persija, Sugih Hendarto atau biasa dipanggil dengan Opa Hen.
Opa Hen menghembuskan napas terakhir pada Minggu dinihari di Rumah Sakit Mulia Bogor, Jawa Barat pada usia 83 tahun akibat komplikasi penyakit yang diderita dalam beberapa tahun terakhir.
Opa Hen, Pelatih dengan Filosofi Permainan Atraktif
Membesut Persija pada tahun 1985, Opa Hen ibarat mengusung Mission Impossible. Persija saat itu mengalami keterpurukan, hal itu membuat Persija hampir terdegradasi dari kompetisi yang masih bernama perserikatan itu.
Puncaknya adalah ketika mampu membawa klub berjuluk Macan Kemayoran itu ke final liga perserikatan pada tahun 1988 (Sesudah terakhir kali mencapai final di tahun 1978). Meskipun kalah dari Persebaya di laga final, kala itu Persija asuhan Om Hen dipuji setinggi langit karena permainan atraktif dan menghibur mereka.
"Mainnya dirombak, mainnya lebih tenang enggak usah lempar bola ke depan. Para pemain mesti diajarin wall pass, segitiga, overlapping, kalau sudah main di daerah lawan, wah itu nontonnya saja nikmat," ujar Opa Hen mengomentari tentang filosofinya ketika melatih.
Soal filosofi sepak bola atraktif ini, Opa Hen sepertinya terinspirasi oleh sepakbola gaya Belanda yang diperdalamnya ketika menjadi asisten pelatih tim nasional pertengahan tahun 1970an, asal Belanda, Wiel Coerver. Coerver sendiri terkenal dengan The Coerver methode, melatih Indoensia di tahun 1975-1976 sesudah mengantarkan Feyenoord Rotterdam menjadi juara piala UEFA.
Filosofi ini memang membutuhkan waktu lama untuk dapat diterjemahkan oleh para pemainnya. Namun tidak menghilangkan niatnya untuk menghasilkan pemain yang berkualitas sesuai filosofinya tersebut.
Dikenal sebagai pelatih yang tenang dan kalem, namun dengan ketegasan serta dedikasi yang tinggi, nama-nama hebat dalam persepakbolaan nasional lahir dari tangan Opa Hen, seperti Adityo Darmadi, Patar Tambunan, Tonny Tanamal, hingga Rahmad Darmawan.
Insting pria yang lahir pada 21 Februari ini terkenal tajam dalam menemukan pemain-pemain hebat, bukan berakhir di jaman Rahmad Darmawan Cs saja tetapi dalam catatan terakhir, pemain-pemain muda seperti Hargianto dan Syamsir Alam adalah bukti kejelian Opa Hen walaupun sudah berusia lanjut.