Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Khayal Bila Timnas Indonesia Main Di Euro 2020

4 Juli 2021   23:51 Diperbarui: 5 Juli 2021   05:54 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Fans Denmark bereaksi selama pertandingan babak 16 besar kejuaraan sepak bola Euro 2020 antara Wales dan Denmark di Johan Cruyff ArenA di Amsterdam, Belanda, Sabtu, 26 Juni 2021. (Olaf Kraak/Pool via AP)

Pernah dengar lelucon dari Cak Lontong kan yang seperti ini;  Timnas Indonesia itu hebat, tak pernah kalah dari Brasil, Jerman dan Italia. Karena apa, karena Indonesia belum pernah sekalipun main dengan tim-tim itu.

Nah, inilah kesempatan terbaik agar membuat lelucon itu tak diulang-ulang Cak Lontong melulu. 

Jika tampil di Euro 2020 pun, tak usah ada target muluk-muluk. Shin Tae Young, tak usah menggeber fisik yang berlebihan, karena digeber pun akan sulit menang.

Nasihat agar jangan makan mie goreng disana juga, tak perlu, karena disana akan sulit juga mendapat mie goreng, apalagi nasi goreng. Mungkin hanya akan makan Szalai, racikan khas di Azerbaijan, Baku, untuk makan dengan roti. Selai maksudnya.

Akan tetapi gunakan ini sebagai kesempatan reuni atau juga memperkenalkan budaya Indonesia. 

Egy Vikri misalnya, akan bertemu dengan Robert Lewandowski, dan Wocjiech Scezny, memperkenalkan diri sebagai pemain yang baru dilepas oleh klub kasta teratas Polandia,  Lechia Gdansk.

Jika beruntung, bisa saja Lewagol merekomendasikan Egy bermain di Muenchen U-20, dan Scezny mendorong Egy untuk melamar ke Juventus U-23 yang bermain di Seri C.

Bisa saja skenario yang sama terjadi saat melawan Italia. Pemain kita saat bertukar kostum dengan Donnaruma, atau Chiellini meski kebesaran kostumnya akan bercerita tentang masa jaya Primavera dan Bareti, dua program pemain muda yang jaya di Italia pada 1990-an.

Lalu Marco Verrati, Jorginho bingung, apa itu Primavera? Dalam kebingungan mereka lalu datang Roberto Mancini, yang meski sedikit lupa, tapi ingat, karena dahulu Kurniawan Dwi Yulianto dan Kurnia Sandi pernah magang di Sampdoria. Jaman Mancini dan Attilio Lombardo masih sering dorong bola ke gawan lawan. Ngegolin, maksudnya.

Tak lama kemudian datang Shin Tae-Young, lalu bertukar taktik bermain dengan Mancini, dan akhirnya Timnas Indonesia menjadi sangat hebat, juara di setiap kompetisi yang diikuti, Copa America atau bahkan Euro. 50 tahun kemudian.

Soal bertukar kostum itu pasti. Kapan lagi, bisa bertukar kostum dengan Yarmolenko, Yeremchuk atau Karatzev. Ini berlipat gunanya, karena jangan kuatir, jika hilang di jemuran kostum kuning itu, yang ngambil juga akan bingung sendiri, pemain darimana ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun