Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ramai-Ramai Mengunjungi Gibran di Loji Gandrung

27 Maret 2021   22:25 Diperbarui: 27 Maret 2021   22:56 748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar dan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka di Loji Gandrung Solo, Rabu (24/3/2021).(KOMPAS.com/LABIB ZAMANI)

Berita tentang dua tokoh politik nasional, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin dan Fahri Hamzah  yang mengunjungi  Gibran Rakabuming Raka cukup "mengusik" saya.  

Mengapa demikian?  Saya cukup heran Walikota Solo yang baru seumur jagung itu ternyata menjadi magnet yang lebih besar dari yang saya perkirakan sebelumnya.

Maksud saya begini. Saya kira pengaruh paling besar yang membuat Gibran terpilih menjadi Walikota Solo adalah dia anak dari Jokowi. Tidak lebih tidak kurang.

Hampir tidak ada  pengalaman politik Gibran yang membuat saya yakin dia akan menjadi Walikota, paling tidak akan sebaik ayahnya. Sedikit meragukan bagi saya.

Hanya, saya harus jujur, bahwa saya menyukai Gibran sebagai pribadi. Sering melihat sikapnya di medsos, dan bagi saya Gibran juga punya persona unik dan baik sebagai anak dari seorang presiden.

Itulah yang membuat saya sedikit menghindar, jika tak mau dibilang tenggelam dalam ragu, ketika ada yang sudah mulai menyebut-nyebut tentang proyeksi Gibran sebagai Gubernur DKI mendatang atau bahkan Presiden.

Akan tetapi, rasanya keraguan itu terusik, setelah saya membaca berita tentang tokoh politik nasional seperti Cak Imin dan Fahri Hamzah yang berurutan mengunjungi Gibran di  Loji Gandrung, rumah dinas Walkot Solo itu.

Kapasitas kedua tokoh ini seperti membuat saya perlu kembali berpikir bahwa Gibran di masa depan bukan menjadi seorang anak muda yang akan begitu saja tenggelam dalam perpolitikan nasional.

Mengunjungi Gibran di Loji Gandrung seperti menjadi simbolisasi dari prediksi kedua tokoh ini tentang pengaruh Gibran ke depan.

Lihat saja Cak Imin. Tak perlu lama, sesaat sepulangnya dari Loji Gandrung, Cak Imin menyatakan bahwa siap mendukung Gibran di Pilgub DKI 2024 mendatang.

Kan hanya Pilgub DKI, bukan Presiden? Ah, tak usah berpura-pura, bicara tentang DKI, bicara juga tentang RI 1, bagaimana nego dan bagaimana skenarionya, akan bertemu jua di satu titik.

Lalu mungkin saja ada yang mengira bahwa Cak Imin dan PKB memang sedang hanya cek ombak, seperti cara mereka untuk menaikkan pamor dengan menyebut beberapa nama artis juga yang akan mereka dukung.

Oke, soal popularitas saya setuju, tetapi harus diakui bahwa pilihan PKB (yang serius) biasanya tak meleset menjadi pemenang. Apalagi, PKB selalu bersanding dengan pemenang pemilu. PKB nampak tak serius, tapi mereka selalu tepat memilih gerbongnya.

Artinya apa? Bisa diduga bahwa Cak Imin memang sudah melihat potensi dari Gibran, dan tidak mau ketinggalan menjadi yang paling awal dan paling depan mengawal jika begitu jalan politik Gibran.

Begitu juga ketika saya berusaha maksud melihat kunjungan Fahri Hamzah ke Loji Gandrung. Menurut saya Fahri sedang bertransisi dari oposisi ke sebuah posisi yang masih dijejalnya.

Partai Gelora sebagai partai baru tentu saja disiapkan Fahri untuk terlebih dahulu mendapat popularitas, sebelum pada waktunya nampak jelas sebagai oposan atau tidak.

Oleh karena itu, Fahri juga perlu pandai untuk membaca kemana arah angin akan lebih banyak berhembus. Datang ke Loji Gandrung, bercakap dan sekedar mengucapkan proficiat, dapat berarti bagi jalan politik ke depannya.

Kabarnya sebelum pulang, Gibran bahkan menyebut bahwa Kaesang (yang juga ada di situ), adalah penggemar dari Fahri Hamzah. Cara komunikasi sederhana, yang bisa diduga  ke mana arahnya.

Meskipun demikian. Jalan Gibran masih panjang.

Ramai-ramai politisi mengunjunginya sudah memberikan simbol bahwa dia diperhitungkan, akan tetapi Gibran semestinya juga sadar, semakin banyak dikunjungi, bisa berarti bahwa jalan itu bukan akan sekedar panjang tapi bisa juga terjal. Gibran mesti siap untuk itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun