Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketika Roy Suryo "Mengasihani" Risma, Denny Siregar Membentak

19 Januari 2021   10:49 Diperbarui: 19 Januari 2021   11:10 4518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roy Suryo dan Risma | Gambar: FIN/Kolase Fajar.co.id

Saat bangun pagi, Roy masih clinguki sana-sini. Dia masih berpikir, apa yang akan di-twitnya. Jelajah sana-sini, dia akhirnya membaca berita Risma turun tangan membantu para korban, lalu panik saat gempa susulan terjadi. Roy "terharu" tapi juga gembira. Ini akan jadi bahan cuitan yang bagus hari ini.

Jari jemari Roy mulai menulis. 

"Dalam bahasa jawa, ini yang disebut 'ngono yo ngono, ning ojo ngono'. Meski (fakta) memang begitu, tetapi (mbok) tidak usah (sampai ditulis) begitu. Kasihan lah dia, sudah bingung mau cari angle yang tepat buat jeprat-jepret dan tayang. Malah beritanya begitu. Ambyar," tulis Roy Suryo dengan emoji senyuman. 

Roy memang kasihan pada Risma, tapi bukan karena iba terhadap Risma yang sedang susah payah membantu para korban, namun  Roy merasa bahwa berita tentang Risma dan rombongan yang berhamburan lari ketika terjadi gempa susulan itu tidak sesuai dengan skenario awal.

Dalam twitnya itu, Roy seperti berpendapat bahwa Risma sebenarnya berencana akan melakukan pencitraan, dengan mempublikasikan foto-foto dimana dia berhasil membantu para korban, bukannya berita jadi di-framing bahwa Risma lari "ketakutan" seperti gempa terjadi.

Ambyar, begitu Roy menilainya.

Roy memang sedang nyinyir. Hanya sayang situasi dan kondisinya terasa tidak tepat. Risma sedang melakukan tugasnya sebagai Menteri Sosial dan banyak orang yang terdampak bencana atau yang menjadi korban perlu dibantu. Tak elok rasanya untuk mempolitasasi dalam keadaan seperti ini.

Tapi mungkin publik perlu mafhum. Roy itu politisi dan itu adalah kerjaannya. Dalam keyakinan politiknya, Roy ingin terus hadir untuk menyusun propaganda politik. Skenario nyinyir mesti terus lancar mengalir.

Sayangnya dalam keadaan seperti itu, emosi dikedepankan, dan tak jarang nilai-nilai moral dilempar jauh-jauh. Di media sosial, yang dilakoni adalah aktifitas yagn seperti tanpa memedulikan bahwa ada ruang-ruang pengap yang sudah tercipta. Begitulah.   

Apa yang dilakukan  Roy hanya menunjukkan posisinya. Risma adalah lawan politik, kecurigaan bahkan nyinyir  mesti ada di dalam persaingan politik, meski pada akhirnya  itu akan mengundang kegaduhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun