Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Benarkah Zidane Lebih Jenius dari Guardiola dan Mourinho?

31 Juli 2020   05:25 Diperbarui: 31 Juli 2020   05:57 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatih Real Maddri, Zinedine Zidane I Gambar : Jambola

Sampai di sini, saya pikir yang dikatakan Belmadi ada benarnya, minimal dari perspektif bahwa Liga Champions sebagai ukuran. Hattrick menjuarai Liga Champions secara beruntun menggambarkan kemampuan untuk beradaptasi.

Saya memberi gambaran seperti ini, kompetisi lokal seperti Liga di negara sendiri tentu saja berbeda dengan Liga Champions.

Misalnya, Inggris dikenal dengan ciri permainan cepat dan keras, Italia dengan pragmatisme  sepakbolanya, Spanyol dengan kreatifitas dan cukup longgar di lapangan.

Hal ini membuat pelatih dianggap tidak terlalu superior jika menjuarai kompetisi lokal secara berturut-turut karena karakter liga domestik yang gampang ditebak. Cara atau strategi bermain yang pakem akan bertahan lama.

Berbeda dengan Liga Champions. Di kompetisi ini, pelatih akan berhadapan dengan klub dari berbagai negara sehingga perlu penyesuaian-penyesuian, ini membuatuhkan tingkat intelegensi yang lebih jika mau berhasil.

Saya memberi contoh Antonio Conte. Conte ini saat masih di Juventus sangat berhasil karena berhasil membawa Juventus  treble scudetto tapi bonyok di Liga Champions. Mengapa, karena Conte tidak mampu fleksible terhadap taktik 3-5-2 yag dimilikinya.

Strategi itu efektif dan berhasil bagi Juventus di Italia, tapi gagal total di Eropa. Berbeda dengan Allegri, Allegri meski tetap pragmatis tetapi beberapa kali dapat merubah strateginya secara variatif, tergantung lawannya di Eropa. Tak ayal, dua final Liga Champions juga berhasil dilakoninya.

Inilah yang membuat Zidane memang lebih unggul dari Guardiola dan Mourinho saya kira. Zidane mampu membuat Real Madrid berubah-berubah sesuai dengan karakter pemain lawan, dan itu berhasil.

Guardiola meski cerdas, tapi menurut saya, di Eropa masih kesulitan untuk lepas dati tiki-taka, yang sebenarnya sudah kurang berhasil di Eropa saat ini. Di Inggris, Manchester City memang tampil menghibur, tapi perlahan sudah diketahui cara menangkalnya.

Begitu juga di Eropa, dimana Guardiola belum pernah membawa City menjuarai Liga Champions. Perlu ditunggu ke depan, bagaimana Guardiola bisa meningkatkan kapasitasnya dengan membawa City juara Eropa.

Lain lagi cerita Mourinho. Saya pikir Mou sudah habis, yang masih bertahan adalah komentar-komentarnya yang sering nyeleneh, selebihnya di lapanga, Mou perlu mencaric ara untuk membuktikan bahwa dirinya dalah The Special One.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun