Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Soal "Manipulasi" Tayangan Liga Eropa, Sementara La Liga Juaranya!

16 Juni 2020   07:24 Diperbarui: 16 Juni 2020   07:22 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
LaLiga kembali bergulir setelah terhenti dua bulan. (Foto: Gonzalo Arroyo Moreno/Getty Images)

Saya sangat gembira tayangan sepak bola sudah kembali dapat dinikmati dari layar televisi. Hampir genap juga  liga-liga mayor Eropa dimulai kecuali Liga Prancis yang memutuskan sudah diberhentikan liganya atau Liga Inggris yang masih baru akan dimulai Kamis waktu Indonesia.

Sejak akhir pekan,  saya sudah menyaksikan beberapa pertandingan baik live maupun ulangan dari liga Italia, Spanyol, Jerman dan Turki.

Secara khusus, saya ingin sedikit mengomentari tentang tayangan liga-liga  tersebut di era “new normal”. Yang saya maksudkan secara khusus adalah tentang bagaimana penyelenggara  liga-liga tersebut membuat atau memanipulasi tayangan agar tetap menarik dinikmati dari layar kaca. 

Seperti yang telah diketahui,  beberapa hal masih perlu untuk disesuaikan seperti penonton di stadion yang tidak ada, bagaimana sound diatur sedemikian rupa agar tidak menjadi seperti noise dan lain sebagainya.

Setelah saya memperhatikan beberapa pertandingan yang mewakili liga-liga tersebut, maka saya menilai La Liga atau Liga Spanyol yang paling siap dan unggul dengan persiapan yang lebih baik. 

Paling tidak ada 2 (dua) hal yang menjadi perhatian saya, yaitu soal “manipulasi” penonton dan suara yang terdengar oleh pemirsa dari layar televisi.

Untuk kedua hal ini, nilai Liga Spanyol atau La Liga saya berikan nilai 8 dari skala 1- 10. Mengapa saya katakan demikian? Pertama, soal “manipulasi” penonton yang membuat penonton seperti tetap ada.

Di La Liga, kursi penonton tidak dibiarkan kosong melompong tetapi di bagian tertentu diletakan kain atau menyerupai baliho raksasa yang menyerupai gambar penonton yang memenuhi stadion.  “Manipulasi” ini sempat membuat saya bertanya-tanya, apakah ini kosong atau ada penontonnya ya apalagi gambar tersebut berbentuk tiga dimensi yang membuat terlihat menyerupai aslinya.

Akhirnya saya baru tersadar, ketika para penonton buatan tersebut tidak bergerak sedikitpun, dan saat kamera televisi meng-capture gambar dari jarak yang lebih dekat.

BACA JUGA Seusai Laga Coppa Italia, Juventus Vs AC Milan

Di Bundesliga, Seri A apalagi Liga Super Turki hal itu tidak terlihat, kursi-kursi dibiarkan kosong melompong. Padahal bisa saja, manipulasi seperti ini dapat mempengaruhi pemain untuk bermain layaknya seperti sedang disaksikan penonton.

Mudah-mudahan di pekan-pekan selanjutnya, liga-liga lain sudah mulai mengatur agar tampilan dari layar televisi sudah dapat lebih menarik seperti La Liga.

Kedua, soal manipulasi sound di dalam stadion. Maksud saya adalah bagaimana penyelenggara liga tetap berupaya agar suara dari dalam stadion yang terdengar dari layar televisi menyerupai aslinya. Untuk ini La Liga juga sudah cukup maksimal.

Saat menyaksikan pertandingan Real Madrid vs Eibar, terdengar juga suara riuh penonton lho. Saya sempat kaget darimana asal suara, tetapi akhirnya mengetahui bahwa suara itu berasal dari settingan  penyelenggara dan diusahakan untuk disesuaikan seperti aslinya.

Misalnya, ketika Eden Hazard menggiring bola ke gawang Eibar maka riuh penonton meninggi, sebaliknya terdengar hampir sepi ketika giliran bola berada di kaki para pemain Eibar. Begitu juga saat Toni Kroos berhasil menjebol gawang Eibar maka penonton seperti riuh sekali, seperti aslinya. Hanya yang nampak kurang adalah announcer yang biasanya berteriak dari dalam stadion “Toni Kroos”, dan biasanya direspon dengan suporter," To-Ni- Kroos.."

Pertama kali saya menyaksikan tayangan bola dari layar televisi di Era New Normal adalah saat menyaksikan laga Bundesliga, Borrusia Dortmund vs Schalke 04. Harus diakui, mungkin karena baru perdana,  hal-hal semacam ini memang belum diatur secara maksimal.

Tidak ada suara lain selain suara bola, dan teriakan para pemain. Akhirnya laga itu terlihat seperti laga latihan, dimana teriakan para pemain memanggil atau mengingatkan rekannya yang terdengar dari layar televisi.

Sepertinya Bundesliga sudah mulai membenahi, begitu juga dari Seri A. Cara membenahinya bukan melarang para pemain berteriak dari lapangan, tetapi speakernya kayaknya diatur sehingga volume dari lapangan tidak terlalu nyaring terdengar.

Dari Seri A, saat menyaksikan laga pertama tanpa penonton yakni Juventus vs Inter Milan beberapa bulan lalu, maka suasana “amatir” amat terasa, bukan suara pemain saja, teriakan instruksi dari pinggir lapangan juga terdengar mengganggu,  namun saat menyaksikan laga di Coppa Italia, baik Juventus vs AC Milan, maupun Napoli vs Inter Milan, noise itu sudah mulai dapat dikurangi.

Sebagai usulan tambahan, hal yang dapat dilakukan adalah memilih komentator yang ekspresif. Ini membuat pemirsa dari layar televisi  juga dapat dipengaruhi secara psikologis. Mungkin tidak harus seekspresif “gila” seperti komentator Amerika Latin, namun paling tidak bisa asyik mengajak para penonton tetap “terjaga” menyaksikan laga tanpa riuh penonton tersebut.

Jika berhasil mengatur hal ini, maka perlahan-lahan tayangan New Normal dari layar televisi akan menjadi semenarik laga-laga sebelum pandemi Covid-19 terjadi.

Salam olahraga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun