Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Apakah Anies Baswedan "Baper" Menghadapi Kritik Banjir Jakarta?

4 Januari 2020   09:45 Diperbarui: 4 Januari 2020   10:05 2604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan I Gambar : TribunJateng

Salah satu ciri orang baperan atau sensitif yang tidak bisa dibantah adalah  mudah merasa sedih dan senang dalam taraf yang berlebihan. Hal inilah yang akhirnya membuat orang sensitif acap kali menderita kelelahan emosional. Makanya tak heran jika banyak orang baperan bicara ngawur ketika mengalami kelelahan emosional.

Wajah dan tubuh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan terlihat tidak bersahabat, persoalan banjir Jakarta membuat dirinya sangat sibuk dan tentunya lelah, baik secara fisik maupun emosional.

Selain membantu warga yang terkena musibah dengan berbagai instruksi, Anies juga ikut hanyut untuk terlibat dalam debat, saling sindir atau apapun namanya. Semua orang tahu bahwa capek tubuh terkadang lebih ringan dibanding capek pikiran dengan adu argumen. Jangan kita, Anies saja.

Banyak pihak yang menyayangkan mengapa Anies ikut hanyut dalam adu argumen, bahkan terkesan merasa tersindir dan ikut menyindir.

Di tengah keadaan tersebut, Gerindra memberikan nasihat kinclong kepada  Anies Baswedan dalam menghadapi kritik soal banjir Jakarta ini. Melalui anggota fraksi Gerindra di DPRD DKI, Syarif, Gerindra berharap agar cara berespon Anies soal kritik banjir dapat diubah.

Kritikan sebaiknya dapat dianggap sebagai nasihat, dan jangan sampai baper.  

"Bagus itu sebagai sebuah nasihat. Memang dalam keadaan Jakarta seperti ini Gubenur harus bersedia lahiriah dan dan batiniah hadapi kritik. Kuncinya memang jangan baper," kata Syarif, kepada wartawan, Jumat (3/1/2020).

Selain Gerindra, Presiden PKS Sohibul Iman juga memiliki harapan serupa. Anies sebaiknya tidak hanyut dalam sikap baperan, dan menganggap kritik adalah bagian dari tumbuh kembang seorang pemimpin.

"Seorang pemimpin itu hadir untuk dikritik, begitu dia tidak mengerjakan sesuatu dengan baik, dikritik  dan itu wajar. Tak boleh ada hard feeling atau baper. Terima saja" kata Sohibul kepada wartawan, Jumat (3/1/2020).

Apa yang membuat Anies dianggap baper atau sangat sensitif? Cukup banyak contoh yang bisa diketengahkan. Pertama persinggungan antara Anies dengan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono soal penyebab banjir.

Basuki mengatakan, bahwa untuk menangani banjir  yang harus dilakukan saat ini adalah normalisasi dan perluasan sungai-sungai besar.

Basuki memberi contoh Kali Ciliwung dimana  PUPR telah menormalisasi 16 kilometer dari total 33 kilometer. Sayangnya, menurut Basuki,  proses  normalisasi harus terhenti karena persoalan pembebasan lahan.

 "Ya, pemda-nya (Pemprov DKI Jakarta, Red) tidak mau bebasin," kata Basuki.

Anies membantah dan tidak sependapat dengan Basuki. Menurut Anies, pelebaran sungai bukanlah kunci utama dari harapan Jakarta bebas banjir karena air kiriman terlalu besar.

 "Selama air dari hulu tidak bisa kita kendalikan. Selebar apa pun sungainya ya percuma," kata Anies.

Kedua, dengan Jokowi yang mengatakan bahwa salah satu penyebab banjir adalah sampah. "Ada yang disebabkan kerusakan ekosistem, kerusakan ekologi yang ada, tapi juga ada yang memang karena kesalahan kita yang membuang sampah di mana-mana. Banyak hal," ujar Jokowi di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (2/1/2020).

Anies tersambar lalu menyinggung banjir di Bandara Halim Perdanakusuma.  Banjir sempat menyebabkan penerbangan di Halim dialihkan. Tetapi banjir di Halim bukanlah karena sampah.

"Tapi kemarin bandaranya tidak bisa berfungsi. Apakah ada sampah di bandara? Rasanya tidak. Tapi Bandara Halim kemarin tidak bisa digunakan," ucap Anies saat ditemui di lokasi banjir Kampung Pulo, Jakarta Timur, Kamis (2/1/2020).

Ada beberapa contoh lainnya yagn bisa kita temui, bahkan Anies siap berdebat dan berdiskusi penyebab banjir setelah penanganan selesai.

"Kalau mau debat masalah sebab, nanti setelah ini selesai. Nanti kita siap berdiskusi. Sekarang kita pikirkan warga yang memerlukan (evakuasi)," ucap Anies.

Anies memang lagi "baper"?

***

Dikutip dari sebuah artikel di Kompas.com, baper itu tidak selamanya negatif. Dikatakan bahwa  orang dengan sifat baperan atau sensitif sebenarnya cenderung ingin selalu membantu orang lain dan membuat banyak orang bahagia.

Rasa peka dan emosional pada orang sensitif memang cenderung lebih tinggi ketimbang mereka yang lebih rasional.

Nah, karena ingin membahagiakan banyak orang dan tidak mau terlihat lemah inilah, orang baperan sering memperulit dirinya.

Jika ini dipahami oleh Anies, maka Anies sebenarnya tak perlu baperan, mengapa?

Soal banjir Jakarta, Anies mungkin terlihat di beberapa titik kepayahan mengatasi banjir, tetapi jika melihat sejarahnya, banjir Jakarta itu adalah langganan.

Anies tak perlu berburuk sangka bahwa kritik itu menganggap bahwa dia payah, karena semua Gubernur Jakarta juga menghadapi hal serupa, banjir di wilayahnya.

Anies mungkin ingin terlihat hebat, lebih dari para pendahulunya. Akan tetapi jika banjir sudah datang, yang perlu disimak adala reaksi operasionalnya karena kemampuan menata kata  tak akan  berguna di limpahnya genangan air berwarna keruh tersebut.

Berikutnya,  salah satu ciri orang baperan yang tidak bisa dibantah adalah mudah merasa sedih dan senang dalam taraf yang berlebihan.

Hal inilah yang akhirnya membuat orang sensitif acap kali menderita kelelahan emosional. Makanya tak heran jika banyak orang baperan bicara ngawur ketika mengalami kelelahan emosional.

Salah satu solusi untuk mencegah ini adalah orang baperan perlu lebih rasional, bahwa dirinya tidak sempurna dan perlu bantuan orang lain.

Masukan dari orang lain mesti dianggap sebagai kritikan yang membangun atau sebuah nasihat. Jika nasihat itu dianggap tidak masuk akal, ya ditampung saja daripada sibuk harus menjelaskan ini itu nantinya akan menjadi ngawur.

Lagian sebagai pemimpin, kadang-kadang kritikan itu tanda sayang, bahkan amat disayang.

Terakhir, kunci orang baperan tenang adalah waktu untuk menyendiri yang cukup. Orang baperan biasanya memerlukan waktu menyendiri untuk menganalisa dan berpikir atau dimanfaatkan sebagai momen intropeksi diri.

Mungkin akan sulit bagi Anies, tetapi ada ungkapan yang mengatakan bahwa kita tidak bisa melarang burung terbang di atas kepala kita tetapi kita bisa mencegahnya untuk berdiri dan buang kotoran di kepala kita.

Artinya, Anies mungkin tidak bisa mencegah pengkritik untuk diam. Artinya mungkin diri sendiri yang perlu menyendiri sejenak, atau diam, daripada baper terus menerus.

Sumber Referensi :

Gerindra DKI Minta Anies Anggap Kritikan Soal Banjir Sebagai Nasihat, Detik.com, (04/01/2020)

Saat Anies Bantah Pendapat  Jokowi soal Sampah jadi Penyebab Banjir, Kompas.com (03/01/2020)

Bagaimana ciri-ciri orang dengan Kepribadian "Baper", Kompas.com (26/11/2015)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun