Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Rasisme Sepak Bola, Dilukai seperti Matuidi dan Melukai seperti Ron Atkinson

21 Agustus 2019   11:17 Diperbarui: 22 Agustus 2019   20:38 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Blaise Matuidi I Gambar : Capital

"Gelandang Manchester United, Paul Pogba, menerima serangan bernada rasial di media sosial setelah gagal mengeksekusi penalti saat melawan Wolverhampton." (kompas.com)

Minggu, 7 Januari 2018. Gelandang Juventus asal Prancis, Blasie Matuidi berdiri terpaku. Gerak tubuhnya memohon bantuan wasit Giampaolo Calvarese agar segera bereaksi terhadap teriakan rasis yang dialaminya di Sardegna Arena, Cagliari. Calvarese hanya meminta Matuidi untuk terus bermain.

Matuidi tetap berdiri diam, hingga rekannya Paulo Dybala dan Mehdi Benatia menghibur dan memintanya untuk meneruskan pertandingan. Menarik napas dalam terlebih dahulu, Matuidi akhirnya terus bermain, lebih garang.

"Hari ini saya mengalami rasisme selama pertandingan berlangsung. Orang-orang lemah mencoba mengintimidasi dengan kebencian. Saya bukan pembenci, dan hanya bisa menyesali mereka yang memberi contoh buruk," ujar Matuidi seusai pertandingan.

"Sepak bola ialah cara untuk menyebarkan kesetaraan, gairah, dan inspirasi. Itulah mengapa saya bermain sepak bola," tambah Matuidi.

Saya menonton pertandingan itu melalui salah satu stasiun berbayar, perasaan saya juga bercampur aduk melihat reaksi Matuidi.  Teriakan itu seperti bunyi menirukan suara binatang, "monyet" tanpa pisang.

Matuidi jelas dilukai, Italia memang kejam dan masih diisi dengan orang-orang yang sangat anti terhadap perbedaan terutama suku dan ras, yang berakibat perbedaan warna kulit.  Konon, warisan fasisme dari Benito Mussolini yang terpelihara hingga sekarang yang menyebakan hal tersebut.

Fasisme menanamkan rasa ketidakaman karena terancam dengan datangnya orang dari luar. Berkembang menjadi varian fasisme yang akan selalu merendahkan orang lain, merasa paling hebat dibandingkan ras, atau golongan lain.

Hari ini, Blaise Matuidi masih bermain di Italia bersama Juventus. Ketika striker muda Italia, Moise Kean mendapat perlakuan yang sama saat pertandingan di tempat yang sama beberapa bulan lalu, Matuidi lalu berteriak, memeluk, menarik Moise Kean seperti hendak berkata, "Ayo bermain, jangan pedulikan mereka".

Sepak bola terus berperang melawan hal-hal seperti  ini, menikmati sepak bola adalah menerima mereka, menerima perbedaan dalam sebuah mahakarya keindahan bernama sepak bola. Peperangan harus terus dilakukan, namun pada kenyataannya Matuidi, Kean, Balotelli pernah dilukai dan mungkin akan tetap dilukai nantinya.

Ron Atkinson I Gambar : Telegraph
Ron Atkinson I Gambar : Telegraph
Mari mundur dan berpindah ke Inggris pada 2004 . Ketika hidup pria bernama lengkap Ronald Frederick "Big Ron" Atkinson drastis berubah karena otak dan pemikirannya yang sesat membuat dirinya tidak sengaja "melukai" orang yang berbeda dengannya dari warna kulit.

Saat sedang bertugas sebagai komentator pertandingan antara Monaco melawan Chelsea dalam laga semifinal Liga Champions, 21 April 2004 dan menganalisis pertandingan bagi stasiun TV, ITV, Big Ron kedapatan melontarkan sebuah pernyataan tentang pemain Chelsea, Marcel Desailly.

 "He's what is known in some schools as a f****g lazy thick nigger. (dia (Desailly) adalah pemain yang dikenal selama disekolah sebagai seorang f****g negro yang sangat malas.").

Pernyataan yang sebenarnya dikeluarkan seusai pertandingan namun sialnya bagi Ron, perkataannya terdengar bagi pemirsa ITV di seluruh Timur Tengah.

Pernyataan rasial ini sontak mendapat respon dari berbagai pihak dan kebanyakan negatif. Bahkan pihak ITV yang mengontrak Atkinson pun langsung menghentikan kontrak mereka dengan Atkinson, serta mengadakan konferensi pers khusus untuk itu.

"Kami tidak memaafkan komentar yang dipermasalahkan, meski dilakukan setelah pertandingan. Penyalahgunaan yang kami sesalkan keluar dari komentator yang dihormati dan berpengalaman. Dia (Atkinson) langsung mengajukan pengunduran diri, dan kami terima" kata juru bicara ITV, dikutip dari The Guardian,22 April 2004.

Sejak itu karir Ron Atkinson sudah tamat, penyesalan menjadi tidak ada gunanya.

Rasisme menjalar tanpa diduga, kita mungkin pernah dilukai seperti Matuidi dan di waktu berbeda melukai seperti yang dilakukan oleh Ron Atkinson. Seharusnya dua-dua tidak terjadi di dunia sepak bola, mapun di dunia nyata.

Mahakarya sepak bola terlalu indah hanya untuk dirusak oleh perlakuan rasis, dan sebenarnya cara terbaik untuk menikmati sepak bola adalah menerima perbedaan dalam mahakarya tersebut.

Sepak bola juga mencerminkan kehidupan yang nyata, hidup terlalu indah dan juga amat singkat jikalau ego rasis yang menguasai.

Ron Atkinson akan menyesali apa yang dia katakana sepanjang hidupnya, sedangkan Matuidi hari ini masih bermain bersama Cristiano Ronaldo, Ginaluigi Buffon di Juventus, taka da rasisme di sana. Lalu dimana para pelaku rasisme tersebut? Mereka berada di ruang mereka sendiri. Ruang yang amat gelap.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun