Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Memahami Prabowo Menggunakan Model Kubler-Ross

26 April 2019   19:14 Diperbarui: 26 April 2019   19:41 1882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Model Kübler-Ross I Gambar : Nathanwood

Saya ingat pertama kali saya mendengar Teori Kubler-Ross dihubungkan dengan politik adalah saat diskusi berkaitan dengan hasil pemilu di salah satu stasiun TV nasional membahas Prabowo yang melakukan sujud syukur sekaligus deklarasi kemenangan. 

Saat itu,  pengamat Politik Burhanudin Muhtadi menggunakan teori ini ketika berusaha  memahami tindakan dan suasana hati Prabowo ketika melakukan ketidaksetujuan terhadap hasil quick count.

Pria yang juga Direktur Eksekutif Indikator Politik ini lantas mengungkapkan ada pendekatan yang lebih empatik psikologis untuk memahami perilaku Prabowo.

"Di 2014, pengulangan persis sekali. Di 2014 ada penolakan terhadap hasil quick count, kemudian Pak Hatta Rajasa juga tidak hadir pada waktu itu. Kemudian ketika KPU merilis hasil quick count, muncul penolakan terhadap real count KPU kemudian diajukan gugatan ke MK, MK menolak, akhirnya disitu acceptance mulai, dan Jokowi dilantik" cerita Burhanudin saat itu.

Kata-kata penolakan, hingga penerimaan ini meskipun tidak secara lengkap dijelaskan , namun dalam ilmu psikologi kita kenal atau sebut sebagai teori Kubler-Ross atau juga dapat disebut sebagai model Kubler-Ross. Model ini memberikan 5(lima) tahap dalam teorinya yang disebut juga sebagai Lima Tahapan Kedukaan (The Five Stages of Grief) atau Lima Tahapan Kehilangan.

Model ini diperkenalkan oleh Dr. Elisabeth Kubler-Ross dalam bukunya berjudul On Death and Dying yang diterbitkan pada tahun tahun 1969.

Dr. Kubler-Ross pada awalnya melihat penerapan tahapan-tahapan ini pada penderita penyakit gawat di rumah sakit atau sudah sekarat, kemudian baru Kubler-Ross mulai untuk mengaplikasikan terori ini  pada kasus lain seperti kehilangan pekerjaan, penghasilan, kekalahan  yang sangat berpengaruh dalam hidup seseorang.

Mari coba uraikan lima tahap ini sekaligus mencoba masuk ke dalam cara berpikir Burhanudin Muhtadi untuk memahami Prabowo.

Tahap pertama adalah penolakan atau penyangkalan (Denial).  Seseorang yang baru saja merasakan kehilangan, kedukaan, kekalahan dan sejenisnya akan mengatakan seperti ini : "ini tidak mungkin terjadi",  "saya tidak percaya" dan lain lain yang merupakan tanda bahwa dia telah menyangkal.

Tahap kedua adalah marah (Anger). Orang tersebut akan mulai bertanya. "Kenapa saya ? Ini tidak adil!"; Siapa yang harus dipersalahkan?", ini menjelaskan bahwa setelah penyangkalan, seseorang biasanya marah dan merasa apa yang terjadi padanya sungguh tidak adil.

Tahap ketiga adalah tawar menawar (Bargaining).  Ada sedikit penurunan kemarahan dengan mulai mengajukan pertanyaan positif yang memberikan harapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun