Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Setelah Menerima Utusan Jokowi Dianggap sebagai Kompromi

24 April 2019   20:37 Diperbarui: 24 April 2019   20:47 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rekonsiliasi Jokowi dan Prabowo Urung Terjadi I Gambar: Kompas.com

"Kenapa Indonesia merdeka? Karena dalam perjuangannya tak ada kompromi. Syukur alhamdulillah Pak Prabowo menolak semua utusan-utusan itu. Jadi itu yang ditempuh pemimpin kita. Prabowo setia pada kita semua dan kita harus setia pada Prabowo-Sandi," kata Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN),Djoko Santoso di Padepokan Pencak Silat TMII, Jakarta Timur, Rabu (24/4/2019).

Djoko Santoso mengatakan tersebut dalam acara 'Syukuran dan Munajat Kemenangan Prabowo-Sandi'. Sekali lagi, Prabowo menolak semua utusan. Prabowo hadir saat itu, namun ketika berpidato, acara menjadi tertutup.

Ya, penonton kecewa. Prabowo semakin jelas menolak untuk bertemu dengan utusan dari Jokowi. Alasan utama jika kita perhatikan dari penuturan Djoko adalah pihak Prabowo melihat pertemuan dengan utusan sebagai tindakan berkompromi.

Tentu saja ketika menggunakan kata kompromi ada kesan negatif disana. Ada pertemuan yang jahat dengan yang baik, hitam dan putih, sehingga, jika kompromi terjadi maka yang baik akan berubah jadi setengah jahat, lalu hitam menjadi putih.

Kompromi adalah kesepakatan dan pihak Prabowo menolak hal itu.

Jika kita lihat lebih dalam maka narasi yang mungkin ingin dibangun dalam penyataan ini adalah untuk  menguntungkan bagi pihak Prabowo. Penggunaan diksi kompromi dalam hal ini, dan Prabowo adalah pihak yang  menolak kompromi seperti hendak mengkomunikasikan bahwa yang "hitam" adalah pihak 01 dan sebaliknya pihak 02 adalah yang "putih".

Asumsi ini diperkuat dengan beberapa kali pernyataan bahwa yang tahu tujuan pertemuan ini adalah pihak Jokowi, karena pihak Jokowi yang menginginkan pertemuan ini, bukan pihak Prabowo. Apalagi ketika pihak Prabowo mengatakan ingin fokus mengawal suara di tengah kecurangan yang ada, maka narasi miring yang terbangun adalah ada keinginan untuk membelokan niat dari pihak Prabowo.

Hal itu sah-sah saja dilakukan. Ketika belum ada pengumuman resmi dari KPU, setiap pihak bisa mendesain skenario apa yang ingin diperlihatkan kepada publik, apalagi ketika sudah saling mengklaim kemenangan. Apalagi sudah mendeklarasikan sebagai Presiden.

Lalu apa yang harus dilakukan Jokowi? Saya pikir Jokowi akan menunggu dan tidak akan memaksa. Ketika ada perbedaan pandang terhadap upaya rekonsiliasi yang  menurut Jokowi adalah untuk mencairkan suasana dan membuat rakyat menjadi teduh Pasca-Pilpres maka tidak banyak yang dapat dilakukan.

Inisiatif dari Jokowi untuk mengirimkan utusan untuk menjajaki pertemuan tentu sudah mendapatkan apresiasi dari rakyat banyak.

Kanal komunikasi yang ingin dibangun membuat dampak baik di tengah masyarakat, meski berjalan lambat namun terasa sudah membuat suasana menjadi sedikit cooling down di tengah masyarakat, meski di tingkat elit tertentu dan politikus perdebatan masih terjadi berkaitan dengan proses pemungutan suara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun