Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Luhut Pandjaitan dan Rasionalitas Prabowo

22 April 2019   17:40 Diperbarui: 22 April 2019   18:14 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Luhut dan Rasionalitas Prabowo I Gambar : Tribun

Utusan Jokowi untuk bertemu Prabowo, Luhut Binsar Pandjaitan sampai hari ini memang belum bertemu Prabowo. Namun hari ini kepada media, Luhut juga menyampaikan bahwa dirinya sudah menelepon Prabowo.

Luhut mengatakan bahwa perbincangan antara dirnya dengan Prabowo berlangsung sangat cair. Di tengah penjelasannya, Luhut juga menegaskan bahwa selain Prabowo yang patut dihormati, Luhut meyakini Prabowo sebagai sosok yang rasional.

"Bagus, kita ketawa ketawa nostalgia sedikit masa lalu. Pak Prabowo kan orang baik, jadi saya hanya titip saja sebenarnya mau bilang ya jangan terlalu didengerin lah kalau pikiran-pikiran yang terlalu nggak jelas basisnya. Karena Pak Prabowo orang rasional juga," begitu penjelasan Luhut.

***

Jika kita hendak berkomunikasi dengan seseorang dan berharap sesuatu darinya, pastikan bahwa kita mengatakan dan berpikir sesuatu yang baik tentang diri orang tersebut sehingga komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Begitu nasihat bijak tentang trik berkomunikasi. Luhut jelas sedang melakukannya sekarang.

Mengapa demikian? Luhut dan Prabowo sering bersilang pendapat soal rasionalitasm namun saat ini Luhut memuji Prabowo sebagai seorang yang rasional.

Menurut Kbbi, Rasionalitas adalah sebuah kata benda yang bicara tentang kerasionalan. Sedangkan Rasional sendiri berarti menurut pikiran dan pertimbangan yang logis; menurut pikiran yang sehat; cocok dengan akal;

Luhut mengatakan bahwa Prabowo orang yang rasional, namun berulangkali Luhut berselisih pendapat dengan Prabowo tentang kerasionalan tersebut.

Desember 2018, Prabowo yang mengatakan kondisi kemiskinan Indonesia dalam lima tahun terakhir justru semakin parah. Bahkan, dia menyebut terdapat 50 persen penambahan kemiskinan. Luhut geram dan langsung menyerang pernyataan tersebut.

"Kita tuh baiknya eloknya lihat data. Jangan lihat rumor. (Jangan) mendidik masyarakat atau membodohi masyarakat dengan informasi tidak benar," ujar Luhut membalas pernyataan Prabowo.

Januari 2019 berlanjut. Prabowo mengatakan bahwa Menteri Keuangan Sri Mulyani sebagai "menteri pencetak uang". Luhut menyanggah . "Ya enggak etis saja itu, Ibu Sri Mulyani itu Menteri Keuangan terbaik di dunia, iya kan,".

Nyata bahwa jika dilihat dari perspektif rasionalitas secara umum maka Luhut berulang kali mempertanyakan penggunaan nalar Prabowo untuk mengkritik pemerintah.

Akan tetapi jika dilihat dari perspektif rasionalitas menurut Weber, maka persoalan rasionalitas Prabowo masih bisa didiskusikan kembali.

Weber (1972) membedakan rasionalitas menjadi dua yakni, rasionalitas  nilai (value-rational) dengan rasionalitas tujuan (goalrational).

Rasionalitas nilai dimaksudkan sebagai orientasi aksi berdasarkan suatu nilai, apakah itu etika, moralitas, agama, hal-hal yang bersifat estetika, kesukaan, atau asal-usul. Rasionalitas seorang individu dinilai sejauh mana individu tersebut mengambil keputusan atas nilai-nilai yang dia pegang, dan bukan dari tujuan yang hendak dicapai.

Sebagai contoh, jika Prabowo mengklaim kemenangan dan menjadi Presiden dan dalam aksinya Prabowo melakukan tindakan inkonsitusional, Prabowol jelas berlawanan dengan rasionalitas nilai yang dimaksud.

Namun apabila dipadankan dengan pengertian rasionalitas tujuan, Prabowo bisa saja benar, karena dalam pengertian rasionalitas tujuan ini, diartikan sebagai orientasi keputusan dan aksi berdasarkan kesesuaian dengan tujuan akhir, metode pencapaiannya dan konsekuensinya. Individu akan dinilai rasional ketika keputusan dan aksinya mendukung tujuan akhir.

Bisa saja dalam konsep yang sederhana, Prabowo akan terus menentang hasil quick count dengan cara apapun, menolak jalan tengah apapun karena tujuan akhirnya adalah menjadi Presiden, tak ada yang keliru tentang itu.

Persoalannya menjadi semakin rumit ketika, tujuan tanpa dan berlawanan nilai itu terlalu dipaksakan. Ada sistim nilai yang harus dikorbankan, yang tentu saja dampaknya akan besar.

***

Jika bertemu, diskusi tentang antar kedua tokoh ini akan berbicara dari perspektif kedua hal ini, sebuah sistim nilai dan sebuah tujuan dalam kehidupan berbangsa negara. Jelas ada persoalan tentang ini, ketika polemik terus berlangsung dan tak terselesaikan, akan ada bad legacy, warisan buruk dalam kerangka rasionalitas bagi penerus bangsa. Kita berharap itu tidak terjadi.

Luhut di akhir wawancaranya juga menegaskan hal tersebut."Saya betul-betul ingin Pak Prabowo, legacy-nya diingat di Indonesia sebagai pemimpin yang turut mematangkan demokrasi di Indonesia dan menghormati apapun yang diputuskan KPU," ujar Luhut di akhir wawancaranya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun