Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bercermin dari TPS Termahal di Indonesia

19 April 2019   09:41 Diperbarui: 19 April 2019   10:13 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
TPS di Prailiu, Waingapu, Sumba TImur, NTT (Gambar: maxwaingapu.com)

Cerita unik tentang Tempat Pemungutan Suara (TPS) 017 RT 013 Kelurahan Prailiu, kecamatan Kambera, Sumba Timur, di Provinsi Nusa Tenggara  cukup menarik perhatian. TPS ini disebut oleh berbagai media lokal sebagai TPS dengan dekorasi termahal di Indonesia.

Mengapa dikatakan sebagai TPS Termahal? Hal ini disebabkan karena dinding di TPS dihiasi dengan kain tenun ikat Sumba dengan beragam motif yang harganya tidak murah. Bahkan dilansir dari maxfmwaingapu.com, kain tenun ikat itu harganya berkisar puluhan juta rupiah setiap lembar kainnya.

Penempatan kain-kain ini selain karena kesepakatan panitia juga didukung karena pemilik lokasi TPS yang bernama Ibu Rambu Ciko adalah juga seorang pengrajin tenun ikat. Dalam wawancara dengan salah satu media, Ibu Rambu mengatakan bahwa salah satu kain yang digunakan sebagai dekorasi berharga 60 juta per lembar kainnya. Di TPS tersebut, kurang lebih ada 10 kain sejenis.

Kehadiran kain-kain yang menarik ini tentu membuat tempat TPS terlihat mewah ataupun dapat dikatakan "bermartabat". Pesta demokrasi dirasakan sebagai kesempatan terhormat bagi warga negara untuk menyumbang suaranya karena dukungan tempat yang layak, nyaman dan memadai.

Harus diakui banyak tempat TPS yang dipersiapkan seadanya untuk menyambut pemilu, tentu yang dimaksudkan penulis bukanlah TPS yang memang ada di pelosok desa sehingga memang tidak dapat diusahakan semestinya, tetapi penulis temui dan terlihat di TPS yang berada di kota.

Ini bukan soal kemewahan saja tapi ini soal kenyamanan dan kelayakan. Poin inilah yang dimaksudkan penulis ketika menuliskan artikel ini. TPS yang seharusnya menjadi tempat yang nyaman, dipersiapkan dengan tidak maksimal.

Bisa saja ada konsep yang salah dalam melihat pelaksanaan pemilu atau pesta demokrasi ini. Panitia mungkin merasa bahwa TPS itu hanyalah soal ketersediaan kotak suara, sehingga membiarkan tempat dimana para pemilih duduk dan mengantri menjadi tidak nyaman. 

Keluhan tempat TPS yang panas karena terpal penutup atap yang berlubang, atau tingginya yang tidak sedikit  terdengar saat proses pesta demokrasi dilakukan.

Tempat pesta yang seharusnya membuat para tamu ingin lebih lama berada di dalamnya bahkan menjadi tempat yang ingin ditinggalkan secepatnya, karena fasilitas yang kurang baik. Banyak pemilih yang harus berdiri di bawah pohon atau tempat teduh membiarkan TPS kosong karena tidak nyaman.

Penulis juga melihat sendiri bagaimana TPS yang dipersiapkan dalam jangka waktu itu, ditempatkan di tempat yang sangat sempit, dengan landasan tanah yang tidak rata ketika TPS itu berada di luar ruangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun