Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Cerita Udin, Makelar Suara Abal-abal di Luar TPS

18 April 2019   09:26 Diperbarui: 18 April 2019   09:42 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemilu 2019 (Gambar :Merdeka)

Sebut saja namanya Udin. Memakai topi gaya anak gaul,  Udin melingkarkan tangan kirinya di bahu lelaki berbahu lebar berambut kribo  yang sedang memandang papan surat suara. Jari telunjuk Udin mulai menunjuk beberapa wajah di papan tersebut.

Wajah Udin dan lelaki itu terkadang berubah serius terkadang tertawa, sambil bebrincang. Tak lama kemudian, keduanya mulai berpisah, untuk sementara.

Udin melangkahkan kaki ke arah saya, sedangkan pria kribo itu mulai mengambil antrian dan duduk di dalam. Saya sedang duduk diatas bangku reot berwarna coklat pudar  di bawah pohon di luar TPS, tempat tersejuk siang kemarin.

"Kerja..?" tanya saya pada Udin sambil tersenyum. Saya awalnya hanya ingin bergurau. Udin membalas senyuman saya.

"Biasa...ada yang minta tolong" balas Udin cengengesan.

Tak lama lagi kemudian, Udin sudah melangkah kembali ke papan suara. Kali ini bersapa dengan pria kurus bertato, saya sempat mengingatnya, tukang tambal ban, tetangga saya, tapi saya lupa namanya.

Masih dengan gaya yang sama, Udin mulai menunjukan gelagat yang sama. Mata mereka kali ini lebih tertuju ke arah surat suara Caleg DPRD Kota. Memang jarang yang kerja untuk yang lain, mungkin carinya bukan abal-abal seperti Udin.

Sayup-sayup saya mendengar percakapan antar mereka.

"Yang ini" kata udin.

"Orang baik?" kata pria bertato tersebut.

"Baik...tidak pernah sakit" balas udin, sambil tertawa.

"Maksud saya, orangnya jika jadi dewan, akan baik?" tanya pria itu lagi, mencoba serius.

"Pasti..." kali ini Udin menepukan tangannya pada bahu pria tersebut.

"Di dalam itu, di surat suara ada fotonya?" tanya pria itu lagi, berusaha mengkonfirmasi isi surat suara di dalam sama dengan yang di luar.

"Tidak..hanya nama" sahut Udin.

"Gawat...Saya buta huruf". 

Udin terlihat berpikir keras beberapa saat..

"Tapi bisa lihat nomor kan, angka??"

"Bisa..."

"Lihat dan Hafal saja nomornya" kata Udin. Pria itu menganggukan kepalanya. Merekapun untuk sementara berpisah.

"Payah..ketemu orang buta huruf, kepala saya langsung pusing" ujar Udin, kembali duduk. Saya tersenyum.

"Butuh berapa suara?" tanya saya berusaha mencari tahu.

"Sepuluh" sahut Udin. " Bantu kawan lah" ujarnya, sambil membuka topinya dan menggaruk kepalanya.

Waktu sudah hampir menunjukan jam 11.

"Sekarang, su dapat berapa?"

"Baru lima..payah nih" kata Udin.

Meski tak menceritakan dengan jelas, rasanya Udin diberikan target dari "Klien" nya berapa kepala di TPS tersebut. Biasanya makelar suara ini diberikan target dan jika pembayarannya adalah uang, maka akan diberikan sebelum atau sesudah target tercapai. Dari raut wajahnya yang kuatir, Udin mungkin sudah diberikan pembayaran di depan, namun kuatir bahwa targetnya tidak tercapai.

Menurut cerita yagn berkembang, pembayaran perkepala antara 100-150 rb, tergantung kemampuan caleg. Makelar seperti Udin juga tidak menerima uang secara langsung dari caleg, tapi dari juru bayar, atau dipanggil orang lapangan.

Jika berhasil, Udin bisa untung besar dalam satu hari. Sehari-hari, Udin adalah penjual ikan keliling. Hari ini dia libur. Kerjanya agak berbeda, meski menurutnya sebenarnya tidak lebih sulit dari menjadi penjual ikan. Periode panen katanya, meski bukan panen ikan.

Waktu berlalu, sudah hampir jam 12 siang. Udin entah sudah pergi kemana, lalu saya juga sudah selesai memberikan hak suara saya. Terlihat, di meja pendaftaran sudah mengantri sekitar belasan orang yang ingin memberikan suaranya dengan KTP.

Saat melangkahkan kaki ke tempat parkir kendaraan, saya kembali melihat Udin. Udin sedang berdiri di balik pagar seng berwarna biru beberapa meter dari TPS. Ada beberapa orang bersamanya, terlihat sibuk berunding. Beberapa orang yang sedang berbincang dengan Udin terlihat memegang E-KTP.

Terdengar instruksi umum dari Udin kepada mereka, "Jangan lupa difoto....." kata Udin pada mereka, wajah Udin nampak lelah.

Saya  tersenyum, jumlah mereka tak lebih dari lima orang. Sudah jam makan siang, saya dan Udin pasti lapar. Entah sampai kapan Udin berada disitu.  Mungkin jika sudah genap jumlah target suaranya.

 Besok, Udin kembali menjadi penjual ikan keliling.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun