Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

"Pintar-Pintar Bodoh" Skandal Suap di Sepak Bola Nasional

12 Januari 2019   13:08 Diperbarui: 12 Januari 2019   13:23 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suap di Sepak Bola I Gambar : LaudyGracivia

Pertama, tuan rumah diminta menyertakan visi dan strategi penyelenggaraan; Kedua, informasi tentang tentang kondisi umum, politik, ekonomi, serta media dan pemasaran; Ketiga, sejumlah aspek teknis termasuk keamanan dan keselamatan; aspek penyelenggaraan lain dan penunjang manajemen event seperti standar hak-hak buruh dan HAM.

Selanjutnya, pencalonan yang memenuhi kualifikasi akan diajukan untuk dievaluasi. Standar penilaian harus memenuhi tiga aspek, yaitu uji kepatuhan, uji tingkat risiko, dan evaluasi aspek teknis. 

Jika ini terpenuhi dan unggul dari calon lain, maka Imron tak perlu harus membayar uang tersebut. Tetpai ya itu, jika kasus ini terbukti benar, Imron jelas tertipu. Sebenarnya pintar, tetapi jadinya bodoh.

Kasus kedua, berkaitan dengan curhatan CEO Persijap Jepara, Esti Lestari, yang timnya kini main di Liga 3, menceritakan pengalamannya tiga tahun sebagai petinggi klub dalam pertemuan dengan Komite Perubahan Sepakbola Nasional (KPSN).

"Waktu itu kami semua di manajemen sudah tanda tangan pakta integritas agar tidak terima suap. Kami dulu sangat pede bakal lolos. Tapi itu bumerang," kata Esti, menceritakan saat Klubnya berpartisipasi di Liga 2. 

Lalu pada akhirnya kami kalah terus, sekalipun lawan tim yang di bawah kami. Terus saya tanya kepada pemain dan mereka bilang: 'saya sudah capek main buat klub ibu. Abisnya ibu enggak pernah bayar wasit. Kita dikerjain mulu'" cerita Esti.

"Nah, di Liga 3 saya lebih kalem. Terus saya dibilang kalau mau lolos sudah tenang saja. Ikuti aturan main," cerita Esti.

Banyak pengurus yang terjebak pemikiran bahwa harus membayar untuk tetap menang, dan melupakan peningkatan kualitas pertandingan dan permainan. Kondisi ini semakin diperparah dengan para pemain yang "mencuci otak" para pengurus, untuk membayar agar tim dapat menang. 

Pengurus yang sebenarnya tahu bahwa tim yang berpotensi menang adalah tim yang berkualitas, tim yang memiliki pemain yang giat berlatih dengan pelatih yang mumpuni. Akan tetapi  menjadi bodoh sendiri karena tuntutan kemenangan, dan dibododi. Kualitas nomor dua, yang paling penting harus membayar atau menyuap terlebih dahulu.

Curhatan Esti persis yang dialami oleh Lasmi Indrayani, manajer Persibara yang buka-bukaan telah membayar agar timnya dapat menang di tayangan Mata Najwa. Lasmi mengatakan terpaksa melakukan, karena timnya sudah sedikit lagi akan menjadi juara. Sayang, jika tidak membayar, usaha kerja keras selama ini menjadi sia-sia.

Hal yang dilakukan Lasmi ini juga dapat dikategorikan "Pintar-pintar bodoh",  beruntung bagi Lasmi, karena dia mau melapor terlebih dahulu sehingga dirinya mungkin lepas dari hukuman karena dianggap sebagai Justice Collabolator. Jika tidak, dirinya mungkin sekarang sudah ada di tahanan kepolisian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun