Teriakan "Grizou, Grizou" Â sesekali membahana di Stadion Saint Petersburg di laga Prancis melawan Belgia. Meski tak selantang dua tahun lalu di Euro 2016 Prancis, namun sosok yang dituju itu perlahan-lahan menunjukan bahwa di Stadion Luzhniki nanti, teriakan "Grizou" akan terdengar lebih kencang bergema. Sosok itu adalah Antoine Griezmann.
Tak dapat dipungkiri bahwa setiap orang membicarakan Kylian Mbappe lebih dari siapapun di timnas Prancis. Penampilan fenomenal anak muda berusia 19 tahun saat mengalahkan Argentina di babak 16 besar bahkan membuat para pencetak gol lainnya seperti dilupakan.
Salah satunya ialah Antoine Griezmann. Padahal Griezmann adalah pencetak salah satu gol kemenangan atas Uruguay di babak delapan besar dan pemberi assist bagi Umtiti sang pencetak gol tunggal kemenangan Prancis atas Belgia di semi final.
Tak ada dribble bola yang cepat seperti Mbappe dan liukan penuh gaya seperti Pogba memang membuat Griezmann tampak berada di belakang layar, namun jikalau ditanyakan siapa pemain paling berbahaya bagi Kroasia di laga final nanti? Pasti, Â Antoine Griezmann.
Ada 3 (tiga) hal yang membuat  Griezmann bisa menjadi sosok penentu Prancis menjadi kampiun Piala Dunia 2018.
Pertama, jiwa kepemimpinan Griezmann yang semakin matang. Â Pemimpin di lapangan terasa sangat penting terutama saat laga krusial. Pemain dengan leadership yang kuat itu diperlukan bukan saja untuk membangkitkan semangat rekan-rekannya ketika sedang dalam tekanan atau tertinggal tetapi juga mengatur rekan-rekannya untuk tampil tenang saat unggul.
Di saat Prancis sedang unggul 2-0, pemain yang berusia 27 tahun ini  terlihat di kamera televisi memerintahkan bek muda, Lucas Hernandez  yang beroperasi dari sayap kiri untuk tak ikut maju ke depan. Padahal saat itu Hernandez sedang berlari ke depan ingin membantu serangan. Hernandez taat atas perintah Griezmann dan perlahan mundur.
Ban kapten memang adalah milik kiper, Hugo Lloris. Namun harus diakui  peran Griezman di tengah lapangan sangat vital apalagi Didier Deschamps memang lebih muda berkomunikasi dengan Griezman dari pinggir lapangan daripada dengan Lloris. Sang pelatih juga berulangkali memuji anak asuhnya ini, bahkan Deschamps yang memang dekat dengan Griezmann percaya bahwa suatu saat, Griezmann dapat meraih balon d'or.
Momen lain adalah keberanian serta ketenangan mengeksekusi tendangan penalti. Perlu kekuatan mental mumpuni untuk melakukan tugas ini dengan baik. Terlihat mudah karena hanya one to one dengan kiper lawan, tetapi tatapan seisi stadion membuat banyak pemain hebat gagal melakukannya.