Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Filosofi Klopp atau Di Fransesco yang Akan Unggul Besok?

24 April 2018   09:13 Diperbarui: 24 April 2018   11:39 2421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Klopp dan Di Fransesco siapa yang unggul besok? I Gambar : sportslive

Anfield sedang berada dalam kepercayaan yang tinggi. Jika warna merah menandakan bahwa ada keberanian di situ, maka keberanian itu sudah bercampur dengan kepercayaan diri yang yang sangat tinggi. Warna merah itu merona, tetapi juga membakar. Liverpool akan berhadapan dengan AS Roma di leg pertama semifinal Liga Champions 2018.

Atmosfer ini tentu dipengaruhi luapan kegembiraan yang perlu waktu 10 tahun untuk mendapatkannya kembali. Kali terakhir Liverpool menjejak semifinal terjadi pada tahun 2007, musim di mana Liverpool juga masuk ke final Athena sebelum digagalkan AC Milan.

Kegembiraan, ambisi, meluap-luap dan kerja keras itulah wajah Liverpool musim ini. Wajah yang adalah representasi dari gaya Jurgen Klopp saat melatih. Klopp membuat Anfield sebagai arena bermain bagi timnya, dia tersenyum, melompat sesekali berteriak setiap kali melihat aksi para pemainnya.

Sebaliknya di lapangan, Mane, Firmino dan terutama Salah seperti para akrobat yang memperlihatkan kemampuan mereka bukan saja soal kecepatan tetapi juga melakukan gerakan-gerakan yang tidak bisa diprediksi oleh lawan maupun kawan di lapangan. Mereka memang sedang bergembira.

Persoalannya adalah apakah ini adalah sebuah modal yang cukup untuk mengatasi AS Roma, lawan yang akan dihadapi besok?  Rasanya akan lebih objektif jika kita mencoba melihat dari perspektif taktik yang mungkin dimainkan oleh kedua pelatih. Klopp dan Fransesco.

***

Seperti biasa dan hampir jarang berubah, apalagi sesudah kepergian Coutinho, Klopp memainkan formasi 4-3-3. Pakem yang memang sudah menjadi ciri khasnya. 4-3-3 tentu adalah formasi menyerang, tetapi bukan sekadar menyerang, formasi ini lebih daripada itu, dan disebut Klopp dengan filosofi Heavy Metal.

Heavy Metal yang dimaksudkan Klopp adalah membuat Liverpool dibuat terlihat beringas di lapangan meski terlihat gembira. The Kop bermain dengan pressing tinggi sepanjang 90 menit, bukan saja saat memegang bola tetapi juga saat kehilangan bola.

Saat memegang bola, para pemain akan bergerak cepat untuk mengaduk-aduk pertahanan lawan dan ketika kehilangan bola, transisi cepat diperagakan mereka untuk merebut bola kembali dan kembali lagi menyerang. Filosofi yang mempunyai sisi Heavy, yang membuat seorang Pep Guardiola sendiri sebagai pelaksana soft tiki-taka terbaik dalam dekade ini saja harus menyerah.

Bagaimana dengan Di Fransesco di AS Roma? Di Fransesco juga adalah pengagum 4-3-3. Di Sassuolo sebelum melatih AS Roma, dia berhasil membuat Berrardi, Politano ataupun Defrel (pemain yang akhirnya direkrut AS Roma) untuk tampil atraktif dengan formasi ini. Sassuolo selalu menyerang selama di tangan pelatih berusia 48 tahun ini.

Ketika AS Roma meminangnya sebagai pelatih, manajemen AS Roma ingin sepak bola atraktif miliki Di Fransesco tersebut mampu ditularkannya. Sayang, di musim pertamanya, di Italia, gaya main Di Fransesco belum mampu membuat mereka dapat bersaing ketat dengan Napoli dan Juventus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun