Allianz J Stadium sekejap terihat membiru di balik kelamnya hitam dan putih. Beberapa orang berteriak ada juga yang menangis, mereka seperti tak percaya bahwa tim kesayangan mereka dapat mengalahkan Juventus melalui sundulan Koulibaly di menit ke-89.
**********
Pertandingan tadi pagi antara Juventus melawan Napoli disebut sebagai laga Scudetto. Meski sisa laga masih tersisa empat pekan lagi, tetapi partai ini dianggap menentukan karena kedua tim adalah tim yang masih berpeluang meraih gelar juara Seri A musim ini.
Juventus unggul 4 poin sebelum laga, jikalau menang maka jarak 7 poin sudah terlalu aman bagi La Vechia Signora untuk kembali mengukir rekor untuk meraih gelar juara ke-7 kali secara beruntun. Sejarah yang mungkin akan sulit diukir oleh tim manapun di sisa abad ini.
Sedangkan bagi Partenopei, jika menang maka selisih mereka menjadi tinggal 1 poin sekaligus membuat tekanan kepada Juventus akan semakin berat, sesuatu yang jarang dialami oleh Juventus dalam 6 musim terakhir.
Semuanya memang bukan saja tergantung dari para pemain, tetapi juga strategi cerdar pelatih. Media-media Italia bahkan menyebut ini sebagai pertarungan seorang pemikir melawan seorang ideolog. Sang pemikir itu adalah Massimiliano Allegri dan ideolog itu adalah Maurizo Sarri.
Sebutan ini bisa tergambar dari bagaimana Allegri dan Sarri memainkan permainan mereka. Allegri musim ini adalah pelatih yang suka mengganti formasi. Memulai musimnya bersama Juventus dengan 3-5-2, warisan Conte, Allegri menggantinya menjadi 4-2-3-1 ketika kebutuhan untuk memainkan keempat penyerangnya sekaligus menjadi kebutuhan yang mendesak.
Musim ini Allegri bergeser lagi. Tidak puas dengan Dybala yang kerap didera cedera dan tidak maksimal, Allegri mencoba memainkan strategi  4-3-3 dan terakhir 4-4-2. Formasi terakhir adalah formasi terakhir yang mampu membawa Juventus lolos dari hadangan Tottenham Hotspurs di perdelapan final Liga Champions. Allegeri yang terus berpikir.
Sebaliknya dengan Maurizio Sarri. Pelatih Napoli ini adalah seorang ideolog yang mencintai permainan dengan ball possesion dan memuja permainan cantik nan indah seperti Pep Guardiola. Pressing tinggi para pemain dimainkan dengan kemampuan umpan-umpan pendek serta pergerakan pemain tanpa henti.
Sebutan untuk gaya Sarri ini adalah Sarrismo. Sarrismo yang memang indah untuk disaksikan.