Wajah dukungan suporter yang berbeda segi sosial dan ekonomi ini menjadikan sentimen-sentimen antar kelas itu menjadi bumbu yang sangat terasa sebelum, ketika dan sesudah pertandingan. Pertanyaannya apakah dalam perbedaan itu tidak ada kesempatan untuk dapat saling bersatu?.
Sepak bola itu sejatinya mempersatukan. Arti Derby della Mole sendiri menyiratkan pesan senada. Mollesendiri berasal dari nama sebuah gedung megah bernama Mole Antonelliana yang terletak di tengah kota Turin.
Kehadiran Mole Antonelliana sejatinya adalah simbol kesatuan yang mempersatukan kedua pendukung kesebelasan, biarlah hitam putih (Juventus), merah marun (Torino) dalam pertandingan, namun tetaplah SATU sebagai warga Turin yang istimewa. Dukungan di lapangan boleh berbeda tetapi dalam keseharian kita sama. Itu pesan mendalam dari Mole Antonelliana.
Sepak bola sebenarnya mengikis itu semua. Mayoritas, minoritas tak dikenal dalam sepak bola. Perbedaan status sosial, kaya miskin, suku, agama tidak mendapat tempat dalam sepak bola. Malahan sepak bola membuat nilai-nilai kemanusiaan terpancar menjadi satu-satunya pandu.
Alasnya cinta dan nafsu itu bagaikan dua sisi sebuah koin. Selalu berdampingan, di mana ada cinta disitulah nampak nafsu yang bergelora. Namun ada yang mengatakan bahwa cinta dan nafsu itu sangatlah berbeda. Cinta itu membahagiakan, namun nafsu mengecewakan. Cinta selalu ingin memberi, tetapi nafsu ingin terus memiliki.
Situasi Arsene Wenger di Arsenal bagaikan berada di zona abu-abu. Kehadirannya di Arsenal sampai saat ini dipertanyakan oleh pendukung Arsenal, atas nama cinta atau nafsu belaka.
Opa Wenger memaksakan diri bahwa cinta dengan sebuah loyalitas atau komitmen itu sudah lebih dari cukup. Namun sebaliknya para fans Arsenal merasa bahwa itu jauh dari cukup. Cinta itu adalah tindakan nyata untuk dapat memberikan terbaik bagi yang dicintainya.
Hal terbaik yang dapat dilakukan Opa Wenger adalah tenggelam dalam perenungan yang dalam. Perenungan tentang definisi cinta di sepak bola modern di masa tuanya sembari mencoba meminggirkan nafsu. Salah satunya dengan berefleksi bahwa tanda cinta yang utama adalah keinginan agar orang yang dicintai bahagia, meski mungkin kita tak bahagia.
Tuturan tentang cinta berlanjut. Kali ini soal cinta dan rasisme. Cinta dan rasisme alasnya mustahil berada dalam satu ruang bersama. Sepak bola menginginkan cinta tumbuh dan akan menendang rasisme. Dalam artikel berjudul Ron Atkinson dan Perkataan Rasis yang Terus Disesali, perenungan ini coba disingsing dalam artikel ini.